Baghdad (ANTARA News) - Sejumlah pria bersenjata telah membunuh lima orang di sebuah tempat penukaran uang di kota Baquba, Irak, Sabtu, dan meninggalkan sebuah bom mobil yang melukai tujuh orang, kata beberapa pejabat keamanan.
Para penyerang itu telah menggondol 4 miliar dinar Irak (sekitar 3,4 juta dolar) dari perusahaan tersebut, yang memiliki kontrak dengan pemerintah Irak untuk membayar pensiun para pensiunan, dan membunuh pemiliknya, pengusaha terkenal Adnan al-Mandalawi, menurut seorang pejabat keamanan.
Dua sumber keamanan mengkonfirmasi korban dan perampokan itu. Seorang pejabat sebelumnya menuturkan serangan itu terjadi di sebuah pasar tukang emas dan bahwa serangan menewaskan enam orang dan melukai 10 orang.
"Sejumlah pria bersenjata telah menyerobot 4 miliar dinar Irak dan mereka menempatkan sebuah bom mobil di dekat perusahaan penukaran uang itu, yang meledak ketika pasukan keamanan mencapai tempat itu," kata seorang pejabat senior keamanan provinsi Diyala yang minta untuk tidak disebutkan namanya.
"Mereka memiliki `sidik jari` Al Qaida. Itu jelas dari perencanaan operasi teroris ini," kata pejabat tersebut dikutip Reuters.
Serangan itu terjadi di bagian pusat Baquba, ibu kota provinsi Diyala, 40 kilometer di timurlaut Baghdad.
Al Qaida dan gerilyawan lainnya masih memerangi pasukan keamanan di Diyala, tempat campuran Sunni dan Syiah serta Arab dan Kurdi yang bergolak, yang membuatnya sulit untuk memulihkan perdamaian.
Polisi dan militer Irak telah dalam kesiagaan tinggi atas kemungkinan serangan balasan sejak pasukan khusus Amerika Serikat membunuh pemimpin Al Qaida Osama bin Laden di Pakistan, Senin.
Irak telah menjadi medan tempur besar bagi kelompok gerilyawan Islam garis keras setelah agresi AS 2003 yang menggulingkan presiden Saddam Hussein.
Pada Kamis, pembom mobil bunuh diri menewaskan lebih dari 20 orang dan melukai 80 orang yang lain di sebuah markas besar polisi di kota Hilla yang sebagian besar penduduknya Muslim Syiah. Seorang wakil gubernur mengatakan Al Qaida mungkin di belakang serangan itu, demikian Reuters.
(SYS/S008)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011