Jakarta (ANTARA News) - Myanmar resmi bergabung dengan Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada 23 Juli 1997 bersama Laos.
Kendati tidak termasuk negara pendiri organisasi regional yang kini berusia 44 tahun ini, pada KTT ASEAN ke-18 di Jakarta, Presiden Republik Uni Myanmar U Thein Sein merupakan pemimpin ASEAN pertama yang datang.
Kedatangan pemimpin negara yang berbatasan dengan Thailand dan Laos di sebelah timur, RRC di bagian utara, serta Bangladesh, India dan Teluk Benggala di bagian barat mendahului para mitranya dari delapan negara anggota ASEAN lainnya itu tidak hanya dimaksudkan untuk menghadiri puncak KTT pada 7-8 Mei tetapi juga melakukan kunjungan kenegaraannya yang pertama ke Indonesia.
Dalam lawatan resminya ke Jakarta ini, Thein Sein yang resmi memimpin Myanmar sejak 4 Februari 2011didampingi sejumlah menteri, wakil menteri dan pejabat tinggi.
Di antara menteri yang mendampinginya adalah Menteri Luar Negeri U Wunna Maung Lwin dan Menteri Perencanaan Nasional dan Pembangunan Ekonomi U Tin Naing Thein.
Di panggung politik regional dan internasional, negara yang dulu dikenal dengan sebutan Burma ini memiliki daya tarik yang kuat karena beragam persoalan domestik dan perjuangan rakyatnya menegakkan demokrasi di bawah kepemimpinan Aktivis pro-demokrasi, Pemimpin Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), dan Penerima Hadiah Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi.
Negara seluas 676.578 km persegi dengan penduduk lebih dari 50 juta jiwa ini merupakan salah satu sahabat Indonesia sejak lama.
Kerja sama bilateral yang baik dengan Indonesia resmi dimulai pada 27 Desember 1947 ditandai dengan dibukanya kantor "Indonesian Office" di Yangon, ibukota negara Myanmar (saat itu Burma-red.). Tiga tahun setelah itu, status kantor perwakilan RI itu ditingkatkan kedutaan besar.
Sejak itu, kedua negara menjalin kerja sama di bidang ekonomi dan perdagangan. Menurut data Kementerian Perdagangan RI, nilai perdagangan kedua negara sempat mengalami kenaikan pada 2007-2008, yakni dari 264,3 juta dolar AS pada periode Januari-November 2007 menjadi 269,3 juta dolar AS pada periode yang sama tahun 2008.
Pada pertemuan di Jakarta, Kamis (5/5), Presiden Thein Sein dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sepakat meningkatkan nilai perdagangan bilateral dua kali lipat hingga mencapai 500 juta dolar AS pada 2015.
Kedua negara juga membangun kerja sama di bidang sosial budaya. Kendati masih terbatas, kedua negara membangun kerja sama yang didasarkan pada persamaan latar belakang sejarah agama Budha seperti tampak dalam kerangka kerja sama ASEAN atau Kerjasama Teknik Antar Negara Berkembang (KTNB).
Kerjasama kebudayaan dan pariwisata antara kedua negara tersebut juga dilaksanakan dalam kerangka Kerjasama Pariwisata Warisan Budaya bersama dengan empat negara anggota ASEAN lainnya -- Kamboja, Laos, Vietnam dan Thailand.
Terkait dengan proses demokratisasi yang terjadi di negara tersebut, rakyat Myanmar menyimpan keinginan untuk dapat menjadi seperti Indonesia dalam mewujudkan nilai-nilai demokrasi.
Hal tersebut ditegaskan Aung San Suu Kyi dalam pesan video yang ditayangkan di sebuah konferensi menjelang pelaksanaan KTT ASEAN di Jakarta 3 Mei lalu.
"Kami ingin menjadi seperti Indonesia dengan mencapai apa yang telah berhasil dicapai oleh negeri anda. Kami juga menginginkan yang terbaik untuk Myanmar dan untuk dunia ini," kata tokoh wanita kelahiran Yangon 65 tahun silam di Konferensi masyarakat Sipil ASEAN/Forum Rakyat ASEAN 2011 di Jakarta.
Suu Kyi lebih lanjut mengatakan bahwa Myanmar juga merupakan bagian dari organisasi regional ASEAN dan ingin bekerjasama lebih erat dengan rakyat dari sembilan negara anggota ASEAN lainnya.
"ASEAN sangat penting bagi masa depan kami, dan kami berharap Myanmar juga penting bagi bangsa-bangsa di rumpun ASEAN," katanya.
ASEAN diharapkan dapat tumbuh menjadi lebih kuat di masa mendatang serta negara-negara anggotanya dapat dipandang secara kagum oleh masyarakat dunia secara luas, katanya.
Dalam konteks ASEAN, Myanmar berpotensi menjadi tuan rumah Pesta Olahraga Asia Tenggara (SEA Games) 2013 dan ketua organisasi regional ini tahun 2014.
Dalam pertemuannya dengan Presiden Yudhoyono di Istana Merdeka Jakarta, Thein Sein telah pun meminta dukungan Indonesia pada upaya negaranya mengambil peluang rotasi keketuaan ASEAN pada 2014 itu.
Permintaan pemimpin yang digambarkan Redaktur Majalah Irrawaddy Thailand, Aung Zaw, sebagai sosok yang "loyal dan cenderung pendiam" (BBC, 4 Feb 2011) pada dukungan Indonesia itu menunjukkan keinginan Myanmar untuk memperkuat posisinya sebagai bagian dari rumpun bangsa Asia Tenggara yang bisa lebih diterima dunia. (*)
KR-FNY/R013
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011