Aset yang ada saat ini dan hasil pengembangan aset ke depannya dari kerja sama ini, sepenuhnya dimiliki Angkasa Pura IIJakarta (ANTARA) - Kemitraan strategis PT Angkasa Pura (AP) II dengan GMR Airports Consortium dalam pengelolaan Bandar Udara Internasional Kualanamu, Sumut, melalui skema build, operate, and transfer (BOT) dinilai menjadi bukti bahwa Indonesia menarik sebagai tujuan investasi.
Masuknya investasi ini juga akan membantu Indonesia dalam melakukan percepatan dan keberlanjutan pembangunan infrastruktur.
"Kehadiran GMR Airports diharapkan menjadi starting point yang menggairahkan minat investor terhadap infrastruktur kebandaraan Tanah Air," kata pengamat BUMN dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Toto Pranoto dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Ia berpendapat kerja sama kemitraan strategis antara AP II dan GMR Airports jelas akan menguntungkan Indonesia. Sebab, selain membawa modal, GMR Airports juga membawa akses jaringan yang diperlukan untuk revitalisasi Bandara Kualanamu.
Masuknya GMR Airports melalui ekuitas di Bandara Kualanamu juga diyakini dapat memperkuat struktur permodalan.
Termasuk, memperkuat penerapan best practice global dalam pengelolaan dan pengembangan Bandara Kualanamu. Berdasar rekam jejaknya, GMR Airports Consortium yang merupakan milik GMR Group asal India dan Aéroports de Paris Group (ADP) dari Prancis ini dikenal sebagai jaringan operator bandara yang melayani penumpang terbanyak di dunia.
Kerja sama AP II dengan GMR Airports ini akan membentuk perusahaan patungan atau joint venture company (JVCo) bernama PT Angkasa Pura Aviasi (APA).
Sebagai perusahaan pengelolaan Bandara Kualanamu, mayoritas saham APA dimiliki oleh AP II sebesar 51 persen dan 49 persen sisanya dipegang oleh GMR Airports.
"Aset yang ada saat ini dan hasil pengembangan aset ke depannya dari kerja sama ini, sepenuhnya dimiliki Angkasa Pura II. Jadi, 100 persen milik Angkasa Pura II," ujarnya.
Perusahaan patungan ini akan diberikan hak mengelola Bandara Kualanamu selama 25 tahun dengan komitmen rencana capital expenditure (capex) atau belanja modal sebesar sekitar Rp56 triliun.
"(Dan) ada komitmen dari GMR Airports untuk menyuntikkan dana investasi sedikitnya Rp15 triliun," kata dia.
GMR Airports pun tak cuma diharapkan memberikan suntikan tambahan modal, namun juga harus bisa membawa akses pasar beserta transfer ilmu pengelolaan bandara yang berdaya saing global.
Dengan begitu, tujuan menjadikan Bandara Kualanamu sebagai bandara penghubung (hub) internasional di kawasan regional dengan target 54 juta orang penumpang pada 2046 bisa lebih cepat terealisasi.
"Akses GMR Airports ke kawasan Asia Selatan cukup kuat untuk bisa membawa akses penumpang dari kawasan tersebut ke Bandara Kualanamu," ujar Toto.
Baca juga: Jadi hub internasional, Bandara Kualanamu siap saingi Changi dan KLIA
Baca juga: Pengamat: Tidak ada pengalihan aset dalam skema BOT Bandara Kualanamu
Baca juga: Stafsus Menteri BUMN sebut negara untung lepas saham Bandara Kualanamu
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021