Direktur Utama PT Finan Corpindo Nusa, Edwin Sinaga di Jakarta, Jumat mengatakan, rupiah masih terpuruk, karena Bank Indonesia (BI) berusaha menahan pergerakan rupiah yang menguat.
BI melakukan intervensi pasar agar rupiah menjauhi angka Rp8.500 per dolar yang didukung oleh melemahnya bursa regional, katanya.
BI, menurut dia, melepas cadangan rupiah untuk menekan mata uang itu sejalan dengan kondisi pasar yang cenderung melemah.
Apabila pasar positif terhadap rupiah, BI kemungkinan tidak akan melakukan intervensi pasar, ucapnya.
Menurut dia, koreksi terhadap rupiah menjelang akhir pekan ini kemungkinan tidak akan berlangsung lama, karena faktor positif pasar akan segera muncul.
Laporan kinerja emiten kuartal pertama 2011 yang positif akan direspon oleh pelaku pasar, ujarnya.
Upaya BI itu, lanjut dia untuk menjaga para eksportir tidak kesulitan dalam menetapkan harga jual produknya di pasar ekspor.
BI juga mempunyai kepentingan terhadap dolar, apabila mata uang asing itu terus merosot, maka pendapatan negara dari ekspor sangat berkurang, ucapnya.
Meski demikian, menurut dia posisi rupiah masih cukup baik jauh dari level Rp9.000 per dolar, karena apabila berada di level tersebut keterpurukan rupiah akan berlanjut.
"Kami optimistis peluang rupiah untuk naik masih cukup besar," ucapnya.
Sebelumnya, Analis PT First Asia Capital Irfan Kurniawan di Jakarta mengatakan bahwa kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat pagi, masih stabil dan bertahan seperti hari sebelumnya.
(H-CS/F002)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011