Washington (ANTARA News) - Suatu gen pada sebagian kera dapat membantu untuk mendorong vaksin perlindungan terhadap simian immunodeficiency virus (SIV) dan dapat membantu peneliti dalam mengembangkan vaksin AIDS yang makin bagus pada manusia.

Dalam studi yang hasilnya dipublikasikan pekan ini, para peneliti menyuntikkan vaksin ke sekelompok kera rhesus dan kemudian memajankan (exposure) hewan itu dengan SIV berulangkali selama kurun waktu dua pekan. Separuh terinfeksi, tapi separuh lagi tidak.

Kera yang kebal terhadap infeksi punya gen yang diidentifikasi sebagai TRIM5.

Temuan tersebut dapat membantu para peneliti dalam melakukan pencarian yang sulit untuk mengembangkan vaksi guna menghadapi human immunodeficiency virus (HIV), yang mengakibatkan AIDS, kata penulis utama penelitian itu Norman Letvin, sebagaimana dilaporkan AFP, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Jumat.

"Itu memberi tahu kita bahwa mungkin pada sebagian manusia terdapat gen tertentu yang bisa membantu untuk melindungi," kata Levin, profesor di Harvard Medical School.

"Oleh karena itu kami bukan hanya harus meneliti reaksi anti-bodi yang disuntikkan oleh vaksin tapi kami juga harus meneliti susunan genetika perorangan yang diberi vaksin sebab data pada kera ini menunjukkan keduanya dapat memberi sumbangan," katanya.

Studi tersebut disiarkan di jurnal Science Transnational Medicine.

Satu ujicoba vaksin AIDS 2009 pada manusia di Thailand menunjukkan sebagian benteng terhadap HIV --31,2 persen pengurangan risiko-- tapi keefektifannya merosot setelah tiga tahun, kata Letvin.

"Kami telah memperlihatkan pada ujicoba vaksin di Thailand bahwa dengan teknologi saat ini kami menyaksikan perlindungan paling sederhana terhadap penularan HIV," katanya.

"Kalau saja kami memadukan data optimistis itu pada manusia dengan jenis data yang kami kumpulkan dalam studi pada kera ini, serta studi lain pada kera. Itu menunjukkan jika kami dapat menyuntikkan reaksi antibodi yang lebih baik melalui vaksinasi, barangkali vaksin generasi berikut kami dapat menaikkan tingkat peluang 50 atau 60 persen atau bahkan lebih tinggi lagi. Dan perlindungan itu boleh jadi akan lebih bersifat mengobati," katanya.

Pencarian berlanjut bagi vaksin untuk menghadapi AIDS, yang telah merenggut lebih dari 25 juta jiwa sejak 1981 dan menulari sebanyak 33 juta orang di seluruh dunia.
(C003/A011)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011