New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah jatuh di New York pada Kamis waktu setempat, menyeret kontrak utama New York dibawah 100 dolar Amerika Serikat per barel untuk pertama kalinya sejak 16 Maret.

Harga anjlok setelah data pekerjaan Amerika Serikat mengecewakan dan kenaikan dolar mendorong kekhawatiran terhadap permintaan minyak, kata para analis.

Kontrak utama New York, minyak mentah "light sweet" atau dikenal juga West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, ditutup pada 99,80 dolar AS per barel, turun 9,44 dolar AS, atau 8,6 persen, dari Rabu.

Kontrak WTI terus menurun setelah pasar ditutup, menuju ke arah 98 dolar AS per barel.

Di London, minyak mentah "Brent North Sea" untuk pengiriman Juni merosot 10,39 dolar AS menjadi menetap di 110,8 dolar AS per barel.

Harga telah bergerak naik tajam, dengan WTI hampir mencapai tanda 115 dolar AS per barel pada 2 Mei, di tengah kerusuhan Arab dan krisis nuklir di Jepang setelah bencana gempa bumi dan tsunami11 Maret.

"Itu telah menjadi sebuah neraka perdagangan besar. Setiap orang sudah merindukan minyak," kata Rich Ilczyszyn dari Lind-Waldock.

"Kemudian itu menjadi keluar tercepat dari perdagangan. Setiap orang mencoba untuk bisa keluar pada waktu yang sama."

"Booming" pasar komoditas tiba-tiba menemukan diri mereka disapu modus jual, sebagian didorong oleh penguatan dolar, yang membuat minyak dan logam yang dihargakan dalam dolar kurang menarik bagi investor.

Greenback menguat terhadap mata uang utama lainnya -- khususnya

euro, bertambah lebih dari dua sen, setelah komentar oleh Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Jean-Claude Trichet lebih lunak dari yang diperkirakan.

Harga minyak juga terpukul setelah laporan pekerjaan AS mengindikasikan pemulihan pasar tenaga kerja kesulitan menjelang angka utama ketenagakerjaan April pada Jumat.

Minyak menuju selatan "karena keraguan tentang ekonomi AS dan kemampuannya untuk mempertahankan pertumbuhan permintaan, truf ketegangan geopolitik," kata John Kilduff dari Again Capital.

Klaim baru untuk asuransi tunjangan pengangguran AS melompat menjadi 474.000 dalam pekan yang berakhir 30 April, sebuah kenaikan 10 persen dari pekan sebelumnya dan tertinggi delapan bulan, Departemen Tenaga Kerja melaporkan.

Peningkatan itu mengejutkan sebagian besar analis yang telah memperkirakan penurunan menjadi 400.000.

Analis CMC Markets, Michael Hewson menambahkan, minyak juga di bawah tekanan jual berat dari kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia.

"Data ekonomi dari AS yang buruk dan kebijakan kenaikan suku bunga di China dan India telah mendorong kekhawatiran menurunnya pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia, dan karena itu permintaan turun, mengirimkan harga minyak lebih rendah," tambahnya dikutip AFP.

(SYS/A026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011