Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) As Natio Lasman menegaskan bahwa pencemaran unsur radioaktif di udara akibat ledakan hidrogen di reaktor Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima, Jepang, sudah tidak ada lagi.

"Pencemaran radioaktif di udara sudah tidak ada lagi, termasuk kemungkinan di wilayah kita," kata As Natio Lasman seusai Executive Meeting bertema "Pengenalan terhadap Dual Use Additional Protocol Annex II" di Jakarta, Kamis.

Bapeten, lanjut dia, selama ini juga sudah memantau kondisi lingkungan udara di utara nusantara seperti di Bontang, Kaltim, Manado, Sulut serta Jayapura, Papua dan sudah dinyatakan bebas radiasi akibat kecelakaan PLTN Fukushima.

As Natio juga mengingatkan, bahwa sampai saat ini tidak ada korban tewas akibat terkena radiasi di Jepang, dan hanya ada tiga atau empat orang di sekitar PLTN yang tewas akibat kesetrum listrik karena tsunami menyebabkan genangan air di bangunan di reaktor itu.

Bapeten, ujar dia, juga sudah bekerja sama dengan badan pengawas nuklir Malaysia dan Filipina dalam kaitannya dengan kasus Fukushima ini dan terus melaporkan posisi tersebut ke badan energi nuklir internasional (IAEA).

Sedangkan mengenai pencemaran di laut yang masih dikhawatirkan, ia merasa optimistis bahwa laut memiliki mekanisme sendiri untuk membersihkan limbah yang mencemarinya.

"Misalnya limbah yang dibuang ke laut akhirnya suatu saat dikembalikan lagi ke pantai oleh laut," katanya.

Ia juga mengingatkan bahwa, untuk semua produk makanan, perikanan dan pertanian yang diimpor ke Indonesia dari Jepang sudah diharuskan memiliki sertifikasi bebas radiasi, karena itu makanan Jepang di Indonesia tak perlu dikhawatirkan lagi.

Menurut dia, ledakan hidrogen di PLTN Fukushima pascagempa dan tsunami 11 Maret 2011 memang sempat menebarkan unsur radioaktif Iodium-131 dan membuat heboh masyarakat internasional, namun demikian waktu luruh iodium-131 hanya delapan hari.

Dalam kaitannya dengan gempa dan tsunami yang kemudian menyebabkan kecelakaan nuklir di Jepang ini, pihaknya juga sudah membentuk tim tanggap darurat nuklir yang terdiri dari sejumlah ahli nuklir yang selalu siap jika Jepang membutuhkan bantuan tambahan.
(D009)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011