-
Islamabad (ANTARA News) - Partai Islam paling berpengaruh Pakistan mendesak pengikutnya untuk menggelar unjuk rasa pada Jumat (6/5) untuk meminta pemerintah mereka mencabut dukungan terhadap AS yang sedang melakukan perang terhadap militan.

Jamaat-e-Islami (JI) minta pemerintah Pakistan mencabut dukungan itu setelah  pasukan AS membunuh Osama bin Laden.

Salah satu partai politik berbasis agama terbesar Pakistan itu mengatakan AS melanggar kedaulatan Pakistan karena  mengirim pasukan sendiri ke kota Abbottabad untuk membunuh pemimpin Al Qaeda tersebut.

Dukungan Pakistan adalah kunci dalam  usaha AS memerangi militan garis keras dan  menghadapi perlawanan  Taliban di negara tetangga Pakistan yaitu Afghanistan.

"Bila ada simpati Amerika, itu pun akan lenyap karena cara mereka yang menghancurkan dan melanggar kedaulatan serta kemerdekaan kami," kata ketua partai JI Syed Munawar Hasan kepada Reuters pada Kamis (5/5).

"Kami sudah meminta siapa saja untuk menggelar demonstrasi damai pada Jumat dalam skala sangat besar. Tuntutan pertama kami adalah Pakistan harus mundur dari perang melawan teror," kata dia.

Sentimen anti-Amerika tinggi di Pakistan, meskipun  AS memberi bantuan miliaran dolar bagi negara tersebut.

Partai religius selama ini tidak mendapat suara yang berarti dalam Pemilu tapi mereka diperkirakan akan mulai  diperhitungkan jika pengaruh radikal semakin besar.

Perang AS melawan militan tidaklah populer di Pakistan, karena tingginya kematian  warga sipil dalam serangan-serangan melawan pihak yang diduga militan.

Sebagian besar warga Pakistan bersikap kritis terhadap Al Qaeda dan bom bunuh diri yang dilakukan pengikutnya. Pengamat setempat, s Hasan Askari Rizvi mengatakan pemrotes  hanya menyuarakan  anti-AS  dan bukan pro Bin Laden.

"Saya berpikir mereka (partai religius) tidak akan berhasil menarik massa besar dalam demonstrasi ini. Protes ini kemungkinan kecil saja mampu menekan pemerintah untuk mengubah arah kebijakan" kata dia.

Sejauh ini  hanya ada sedikit protes di Pakistan atas  pembunuhan Bin Laden.

Fakta bahwa Bin Laden dibunuh di Pakistan,  tampaknya sudah lama tinggal di sana, juga membuat malu banyak orang di pemerintahan dan agen mata-mata kuat negara itu.

"Pakistan dan aparat keamanannya sudah menjadi suatu sasaran olok-olok, dengan media di seluruh dunia menegaskan penemuan pria paling dicari di dunia justru ada di dekat akademi militer terkemuka," tulis The News dalam editorial pada hari Kamis.

Beberapa kalangan masyarakat Pakistan mengatakan mereka sudah terlalu pusing dengan berbagai persoalan ekonomi sehingga tak ada tempat untuk niat ikut demonstrasi.

"Tidak ada listrik, tidak ada bensin, hidup semakin sulit. Aku sudah punya banyak masalah yang lebih besar,"kata Sara Ahmed,  pegawai pemerintah di kota Karachi.
(ENY/A038)

Penerjemah:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011