Barang-barang tersebut --sebanyak lima komputer, 10 perangkat keras dan 100 perangkat penyimpanan data, yang dibawa pergi setelah Osama gugur dalam satu serangan AS, Ahad (1/5), menjadi terobosan dramatis intelijen buat Amerika Serikat dalam perangnya melawan Al-Qaida, kata para ahli.
"Saya akan sangat terkejut jika ini bukan "tambang emas" buat kami," kata mantan wakil direktur CIA, John McLaughlin.
"Saya kira kami barangkali akan menemukan laporan mengenai potensi perencanaan. Kami barangkali akan menemukan sesuatu mengenai pendanaan. Kami bisa mempelajari sesuatu mengenai apa pun hubungan yang ia buat atau tidak buat dengan Pakistan. Kami akan tahu mengenai para pembantu penting," kata McLaughlin kepada CNN, sebagaimana dikutip AFP --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Kamis.
Para pejabat AS mengatakan satuan tugas khusus yang terdiri atas para ahli dari Dinas Intelijen Pusat (CIA), Badan Keamanan Nasional, Departemen Kehakiman dan lembaga lain telah mulai meneliti peralatan itu, tugas yang akan berlangsung berbulan-bulan dan mungkin bertahun-tahun.
Pencarian awal akan dipusatkan pada "pendeteksian ancaman yang ada" dan keterangan yang menunjuk kepada "sasaran lain yang bernilai tinggi di dalam Al-Qaida", kata Kepala Pusat Kontra-Terorisme Nasional, Michael Leiter kepada Radio Publik Nasional.
Pemerintah AS "barangkali" akan menambahkan nama baru di dalam daftar pengawasan terorisnya sebagai hasil dari keterangan yang diperoleh dari tumpukan komputer Osama bin Laden, kata Jaksa Agung Eric Holder dalam satu pertemuan Senat, Rabu.
Para ahli perangkat maya pertama-tama akan melucuti perangkat keras, untuk mengetahui kemungkinan adanya perangkap atau pemicu yang dapat menghapus semua fail. Lalu mereka akan menarik dan menyalin semua data yang tersimpan, meneliti semua fail sementara dan berusaha menembus kode rahasia, kata banyak pengulas.
"Mereka akan berusaha mendapatkan setiap tetes barang ini. Ada lapisan pertama data yang mungkin bisa diperoleh dengan cepat, lalu ada lapisan tambahan yang akan memerlukan analisis teknis lebih banyak," kata James Lewis, mantan pejabat di Departemen Pertahanan yang bekerja di bidang keamanan dan teknologi.
"Biasanya diperlukan waktu lama untuk mengobrak-abrik semua ini," kata Lewis, seorang pegawai di Pusat Kajian Strategis dan Internasional.
(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011