Amman (ANTARA News) - Ratusan tentara Suriah memasuki rumah-rumah dan melakukan penangkapan Rabu malam di daerah pinggiran Saqba, Damaskus, lokasi unjuk rasa besar-besaran terhadap presiden negara itu pekan lalu, kata seorang penduduk, Kamis.
"Tentara itu tidak mengatakan dari satuan mana mereka berasal. Penduduk mengira mereka dari divisi Keempat Maher," kata warga itu yang tidak bersedia namanya disebutkan kepada Reuters, mengacu pada saudara kandung presiden Bashar al Assad, Maher al Assad.
"Mereka memutuskan jaringan komunikasi sebelum mereka datang. Tidak ada perlawanan. Unjuk-unjuk rasa di Saqba berlangsung damai. Beberapa orang telah ditangkap," kata warga itu.
Ribuan orang ikut dalam demonstrasi di Saqba Jumat lalu menuntut pengunduran diri Presiden Bashar al Assad.
Pada Rabu, satuan-satuan angkatan darat yang didukung tank-tank mengepung dua kota yang memberontak, satu tanda bahwa Assad menggunakan militer untuk menumpas unjuk rasa menentang pemerintahnya yang otoriter.
Tank-tank dan kendaraan-kendaraan lapis baja digelar di sekitar kota Rastan dan satuan-satuan angkatan darat membangun pos-pos pemeriksaan di distrik-distrik Sunni di Banias, beberapa hari setelah divisi angkatan darat yang dipimpin Masher al Assad menumpas protes-protes di kota Deraa di selatan dengan melepaskan tembakan senapan dan senapan mesin.
Sebelum tentara menyerbu Deraa, pusat pemberontakan rakyat Suriah, Bashar mengandalkan terutama pada pasukan keamanan dan polisi rahasia untuk menghadapi demonstrasi-demonstrasi.
Bashar adalah anggota sekte Alawiah yang minoritas. Ayahnya Hafez al Assad memerintah Suriah yang berpenduduk mayoritas Sunni selama 30 tahun meninggal 11 tahun lalu dan ia digantikan Bashar.
Hafez memperluas kekuasaan Alawiyah atas militer, yang kini dipimpin sebagian besar para perwira dari sekte itu dan secara efektif dikuasai Maher al Assad, kata para pakar militer.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan militer, pasukan keamanan dan para milisi bersenjata yang setia pada Bashar menewaskan paling tidak 560 warga sipil yang berdemonstrasi sejak protes-protes itu meletus di Deraa 18 Maret.
Jumat lalu staf intelijen militer menembak mati setidaknya 17 pengunjuk rasa di Rastan, kata penduduk dan para aktivis hak asasi manusia, setelah 50 anggota Partai Baath yang berkuasa mengundurkan diri.
Tank-tank digelar di sana setelah penduduk menolak satu tuntutan oleh pejabat Partai Baath Sobhi Harb agar menyerahkan ratusan orang dengan imbalan tank tidak berada di dalam kota itu.
Di kota Banias, tentara digelar Rabu di daerah pasar utama yang memisahkan kelompok Alawiyah dari distrik-distrik Sunni.
Militer memasang pos-pos pemeriksaan di daerah-daerah Sunni dan menangkap 10 orang. Intelijen militer datang degan satu konvoi kendaraan yang mengangkut pangan untuk daerah-daerah yang dikepung, kata seorang aktivis yang dihubungi di Banias.
Pasukan bersenjata dikerahkan di daerah pinggiran Damaskus, Erbin dan dan kota Tel utara ibu kota itu, tempat pasukan keamanan menangkap setidaknya 80 pria, wanita dan anak-anak, kata organisasi hak asasi menusia Sawasiah.
"Lima pria berusia lebih dari 70 tahun ditahan. Tidak seorongpun lepas dari pukulan dan penyiksaan. Dua ibu rumah tangga dibawa sebagai sandera karena pasukan keamanan tidak dapat menemukan putra-putra mereka," kata Sawasiah dalam sebuah pernyataan mengenai penangkapan di Tel itu.
Amerika Serikat, yang hubungannya membaik dengan Bashar dalam dua tahun lalu, menyebut serangan di Dera sebagai "kejam".
(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011