Kalau sistem suara terbanyak, nomor urut berapapun calon ditempatkan, asal kerja keras, akan dapatkan apa yang sesuai dengan amal usahanya

Jakarta (ANTARA News) - Partai Amanat Nasional (PAN) menginginkan Pemilu Legislatif 2014 tetap menggunakan sistem suara terbanyak.

"PAN tetap ingin Pemilu 2014 berdasarkan suara terbanyak karena lebihdemokratis," kata Ketua DPP PAN Bidang Pemenangan Pemilu (Bappilu) VivaYoga Mauladi di Jakarta, Kamis.

PAN tidak sependapat dengan usulan Partai Golkar yang menggunakan sistem campuran, yakni suara terbanyak dan nomor urut untuk menentukan calon anggota DPR RI.

Viva menyebutkan, penggunaan sistem campuran sebagaimana yang diusulkan Partai Golkar akan membingungkan, terutama cara menghitung suara yang diperoleh calon.

"Bagaimana mekanisme penghitungan suara kalau digabungkan sistem nomor urut dan suara terbanyak. Saya sendiri tidak mengerti konsep penghitungannya," kata anggota Komisi IV DPR RI itu.

Menurut dia, dengan penerapan sistem suara terbanyak, menunjukkan demokrasi semakin maju.

"Kalau sistem suara terbanyak, nomor urut berapapun calon ditempatkan, asal kerja keras, akan dapatkan apa yang sesuai dengan amal usahanya," kata Viva.

Sementara itu, bila Pemilu 2014 menggunakan sistem nomor urut seperti 2004, maka akan menimbulkan nepotisme di internal partai dan menunjukkan adanya oligarki partai.

"Sistem nomor urut akan mengembangkan budaya nepotisme, oligarki partai kelihatan. Misalnya calon yang tidak punya kapasitas tapi karena dekat dengan pimpinan partai, mendapatkan nomor urut satu sehingga tak perlu kerja keras, tak perlu kampanye. Itu tak sesuai prinsip demokrasi," ujar dia.

Sebelumnya, Partai Golkar mengusulkan agar Pemilu 2014 mendatang menggunakan sistem campuran antara nomor urut dan suara terbanyak. Tujuannya untuk mengakomodasi popularitas tokoh dan partai.

"Usulan Golkar itu adalah mengadopsi ide dari dari Centre for Electoral Reform (Cetro). Saya sendiri sudah mempertanyakan dan berdebat dengan Direktur Eksekutif Cetro Hadar Gumay," kata Viva.
(zul)

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011