Direktur Currency Management Group, Farial Anwar di Jakarta, Kamis mengatakan, rupiah masih terkoreksi, karena pelaku pasar berlanjut melepas rupiah, karena faktor negatif dari pasar eksternal masih kuat.
Membaiknya dolar AS terhadap euro dan memburuknya saham-saham di Wall Street memicu pelaku kembali melepas rupiah, katanya.
Wall Street, menurut dia melemah karena laporan emiten kuartal pertama 2011 memburuk, sejumlah perusahaan Amerika Serikat mengalami kerugian.
Karena itu aksi lepas rupiah masih terjadi, meski faktor fundamental ekonomi Indonesia masih kuat, ucapnya.
Meski demikian, lanjut dia rupiah masih dapat bergerak naik lagi, karena Bank sentral AS masih tetap menerapkan suku bunga rendah.
Para pelaku asing masih berminat untuk bermain di pasar domestik, karena imbal hasil yang diperoleh dari pasar domestik lebih tinggi dari pasar Asia lainnya, ucapnya.
Ia mengatakan, rupiah sebelumnya sempat mencapai Rp8.545 per dolar yang diperkirakan akan terus menguat hingga mencapai Rp8.500 per dolar.
Posisi rupiah dilevel tersebut menimbulkan kekhawatiran para eksportir yang meminta Bank Indonesia (BI) segera melakukan intervensi pasar.
Karena itu koreksi harga terhadap rupiah pada saat ini juga karena BI ikut aktif melepas rupiah untuk menekan mata uang itu tidak terlalu cepat mencapai Rp8.500 per dolar, tuturnya.
Rupiah, menurut dia memang masih berpeluang untuk naik lagi mencapai Rp8.500 per dolar, karena minat beli asing masih tetap tinggi untuk bermain di pasar domestik.
"Kami optimis rupiah akan dapat mencapai Rp8.500 per dolar pada akhir tahun, " ucapnya.
(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011