Itu bukan cara Islam. Cara Islam ialah memakamkan orang di darat (jika ia meninggal di darat) seperti orang lain."
Jakarta (ANTARA News) - Osama bin Laden ditembak padahal ia tak bersenjata, dan keprihatinan pun beredar bahwa sudah Amerika Serikat bertindak terlalu jauh sebagai polisi, hakim dan pelaksana hukuman mati bagi orang yang paling dicari di dunia.
Sementara itu beberapa tokoh Muslim lebih menyoroti cara Amerika "memakamkan" jenazah pemimpin Al-Qaida tersebut, dengan membuangnya ke laut --perbuatan yang mengundang kontroversi di dunia Muslim.
Menurut kantor berita transnasional, Gedung Putih pada Selasa (3/5) menyatakan Osama "telah melawan" tim AS yang menyerbu tempat tinggalnya di Pakistan dan "ada keprihatinan bahwa ia akan melawan operasi penangkapannya".
Juru bicara Gedung Putih, sebagaimana dilaporkan Reuters, tak bersedia merinci "jenis perlawanan yang dilakukan Osama". Tapi ia mengatakan Amerika "menduga tim Amerika bakal menghadapi perlawanan sengit" dan "ada orang lain yang bersenjata" di tempat tinggal tersebut.
Perlawanan! Itu lah kata kunci yang dilontarkan penguasa di Washington, tapi perlawanan macam apa yang bisa dilakukan oleh orang yang tak bersenjata terhadap personel pasukan elit komando Navy Seal yang bersenjata dengan dukungan peralatan canggih? Belum lagi jika kondisi Osama dijadikan pertimbangan.
Paul Craig Roberts, dalam tulisannya di Information Clearing House, mempertanyakan peluang yang dimiliki seseorang yang diduga menderita sakit ginjal dan memerlukan cuci darah untuk melawan tentara Amerika --"yang melancarkan serbuan gagah berani". Selain itu Osama juga diperkirakan menderita diabetes serta tekanan darah rendah.
Juga mencuat pertanyaan bagaimana, ya, negara adi daya tunggal tersebut tak bisa mengetahui bahwa Osama memerlukan peralatan cuci darah? Mengapa Amerika memerlukan waktu bertahun-tahun untuk melacak keberadaan Osama, padahal pengangkutan alat cuci darah bukan pekerjaan mudah.
Kini setelah gugurnya Osama, ada tokoh agama Islam yang berpendapat pemimpin Al-Qaida itu "jelas telah syahid".
Menurut pendapat mereka yang bersimpati pada Osama, "dalam Islam, orang yang gugur dalam mempertahankan Syari`ah akan mendapat tempat yang sangat mulia, yaitu syahid". Osama dipandang sebagai pejuang Islam.
Kini pembunuhan telah dilakukan, dan sang pelaku mengumumkan diri sebagai pahlawan, tapi tindakan tersebut memicu kekhawatiran mengenai aksi balas dendam.
Mantan kanselir Jerman Helmut Schmidt berpendapat operasi itu bisa menimbulkan konsekuensi yang tak dapat diperhitungkan di dunia Arab, yang sebagian justru sedang dirongrong aksi perlawanan terhadap pemerintah.
"Itu adalah pelanggaran nyata terhadap hukum internasional," kata Schmidt kepada TV Jerman, sebagaimana dikutip kantor berita transnasional.
Pandangan Schmidt dikumandangkan oleh pengacara hak asasi manusia Australia, Geoffrey Robertson.
Menurut Robertson, itu bukan keadilan. Itu pemutarbalikan istilah. Keadilan berarti seseorang dibawa ke pengadilan, dinyatakan bersalah berdasarkan bukti dan dihukum.
Osama, jika memang tewas dalam penggerebekan di Abbottabad, Pakistan, dipandang telah jadi sasaran penghukuman mati. "Dan apa yang sekarang muncul setelah banyak penyelewengan informasi dari Gedung Putih adalah itu pembunuhan berdarah dingin," kata Robertson, sebagaimana dikutip.
Tokoh hak asasi Australia itu tetap berpendapat Osama mestinya diadili, seperti yang terjadi pada para tokoh Nazi dalam Perang Dunia II yang diadili di Nuremburg.
Hal serupa dihadapi mantan presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic di pengadilan penjahat perang di Den Haag setelah ia ditangkap pada 2001.
Menurut Robertson, Amerika telah membantu Osama mencapai keinginannya, "gugur dalam jihad".
Seorang ahli hukum internasional yang berpusat di Belanda, Gert-Jan Knoops, memiliki pandangan serupa --Osama mestinya ditangkap dan diekstradisi ke Amerika Serikat.
Amerika sesumbar mereka "berperang melawan terorisme dan dapat menciduk musuhnya dari medan tempur. Tapi dalam kenyataannya, omong besar itu tak terbukti".
Menurut seorang tokoh Muslim di New Delhi, Sayid Ahmed Bukhari, sebagaimana dilaporkan media, tentara mestinya dapat dengan mudah menangkap Osama bin Laden.
Amerika, katanya, mendorong hukum rimba di mana-mana --baik di Afghanistan, Irak, Pakistan atau Libya. Orang telah bungkam dalam waktu sangat lama, dan sekarang negara adi daya tunggal tersebut telah melangkahi batas keadilan yang dibuatnya sendiri.
Pemakaman di laut
Amerika Serikat bukan hanya mengundang kontroversi dalam cara membunuh Osama, negara tersebut menambah kehebohan dengan "memakamkan" jenazah Osama di laut.
Buat banyak tokoh Muslim, keprihatinan yang lebih besar dibandingkan cara Osama dibunuh adalah "pemakamannya" di laut, bukan di darat. Mayatnya dibawa ke kapal induk tempat para pejabat AS menyatakan jenazah itu "dimakamkan" di laut, dan "sesuai dengan ajaran Islam".
Menurut I.A. Rehman, pejabat di Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan, "Fakta bahwa tak bersenjata bukan masalah besar ... Yang lebih penting ialah apakah ia dimakamkan sesuai ajaran Islam."
Beredar reaksi dari banyak tokoh agama Islam bahwa jenazah Osama tak dimakamkan secara layak.
Sheikh Arab Saudi Abdul Mohsen Al-Obaikan, penasehat Pengadilan Kerajaan Arab Saudi bersikap lebih tegas. "Itu bukan cara Islam. Cara Islam ialah memakamkan orang di darat (jika ia meninggal di darat) seperti orang lain."
Menurut tokoh lain agama Islam, memakamkan seorang Muslim di laut memerlukan kondisi yang luar biasa.
Jika Amerika Serikat tak bisa menjelaskan kondisi tersebut, perbuatannya sama saja dengan membuang mayat binatang dan itu berarti negara adi daya tunggal tersebut tak mempunyai rasa hormat pada manusia. Tindakan itu bisa menyulut ketidak-puasan di kalangan pendukung Osama.
Masih ada lagi tindakan Amerika yang mengundang tanda tanya. Mengapa Washington sangat ragu untuk menyiarkan gambar setelah Osama ditembak?
Karena pemimpin Al-Qaida tersebut "dimakamkan" di laut, yang menurut Amerika agar kuburannya tak dipuja-puja, dorongan makin kuat agar AS menyiarkan gambar sebagai bukti bahwa yang mereka bunuh memang benar Osama.
Itu adalah masalah sensitif dan Obama menyatakan ia telah memutuskan untuk tidak memperlihatkan kepada publik foto jenazah Osama setelah pemimpin Al Qaeda itu tewas di Pakistan pada akhir April.
Keputusan itu diungkapkan Presiden AS Barack Obama dalam wawancara untuk program "60 Minutes", stasiun televisi CBS News, demikian diutarakan juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, yang membacakan transkrip wawancara tersebut di Washington DC, Rabu, seperti dikutip The New York Times.
Sementara itu ahli ekonomi terpecah mengenai apakah tewas Osama akan mendorong pemulihan ekonomi global. Sebagian mengatakan pemulihan akan terjadi, sebab peristiwa itu akan mendorong optimisme penanam modal.
Tapi sebagian lagi berpendapat kematian Osama malah bisa menciptakan masalah ekonomi. Sebabnya ialah peristiwa tersebut bisa menebar kekhawatiran mengenai serangan balas dendam oleh pengikutnya di Timur Tengah, yang kaya akan minyak.
Apa pun yang akan dialami ekonomi dunia belum lagi terlihat, tapi yang pasti adalah dukungan publik terhadap Obama meningkat tajam, setelah gugurnya Osama bin Laden.
Menurut hasil jajak pendapat yang dikeluarkan New York Times/CBS, Rabu (4/5), saat ini mayoritas responden beranggapan positif terhadap kinerja Obama secara keseluruhan.
(C003/A011)
Oleh Chaidar Abdullah
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011