"Sejauh ini, Indonesia sudah memiliki setidaknya 19 Kawasan Ekonomi Khusus yang tersebar di seluruh nusantara. Dari Jumlah itu, 12 sudah beroperasi, sementara tujuh lainnya masih dalam proses pembangunan," kata Rapsel Ali, sebagaimana yang telah dikonfirmasi dari Jakarta, Selasa.
Menurut dia, dengan potensi yang Indonesia miliki, NTT dan Sulawesi Selatan seharusnya ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Ekonomi Khusus, terutama dalam rangka mendukung pengembangan industri strategis nasional.
"Kalau kita lihat dari potensi kedua daerah ini dan pengembangan industri strategis nasional, maka seharusnya kita menetapkan satu Kawasan Ekonomi Khusus industri peternakan di Sulawesi Selatan atau di NTT," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa NTT sejak dahulu terkenal sebagai lumbung ternak nasional. Pada masa lalu, NTT bahkan pernah berjaya di bidang ternak dengan memasok sapi hingga ke Hong Kong. Sementara itu, Sulawesi Selatan saat ini tengah berusaha menjadi lumbung daging nasional. Target itu didukung lahan yang sangat luas dan potensial untuk pengembangan peternakan.
Baca juga: Serap investasi dan pekerja, pemerintah akselerasi pengembangan KEK
Baca juga: Di Expo Dubai, Menko Airlangga ajak investor tanamkan modal di KEK
"Jadi, tidak hanya membangun kawasan food estate (Industri Pertanian) maupun fish estate (Industri Perikanan), tapi juga harus disiapkan cattle estate (Industri Peternakan)," tutur Rapsel menjelaskan.
Politikus fraksi Partai NasDem ini mengatakan bahwa dirinya sangat optimistis dengan masa depan industri strategis nasional jika ini bisa dilakukan. Ia yakin Indonesia bisa menjadi superhub pangan dunia.
"Saya yakin Indonesia mampu membangun kawasan tersebut, masing-masing sebagai kawasan industri yang integrated (terintegrasi, red.), sehingga negara kita ke depan menjadi superhub pangan dunia," tegas pendiri Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir Seluruh Indonesia (Aspeksindo) tersebut.
Bagi Rapsel sendiri, industri pangan bisa menjadi kekuatan ekonomi Indonesia untuk beberapa tahun ke depan. Alasannya, dengan jumlah penduduk dunia yang sudah begitu besar, itu akan menjadi potensi pasar luar biasa.
Data Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan bahwa jumlah penduduk dunia di 2020 mencapai 7,7 miliar orang. Sementara pada 2030, penduduk dunia diperkirakan akan tumbuh hingga 8,5 miliar dan 9,7 miliar pada 2050.
"Ada sejumlah populasi dunia yang butuh makanan minuman yang berkualitas. Jika negara kita mampu menyuplai 15 persen saja, maka billion dollar devisa potensial akan mengalir ke Indonesia setiap bulannya," ujarnya menjelaskan.
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021