Di dalam festival yang digelar rutin oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah itu, Athan sengaja membawa motif lawas dalam kain ulos sepanjang 30 meter untuk mengajak para penggemar mode bernostalgia dengan pesona motif peninggalan budaya dari Pulau Sumatra.
“Ini merupakan koleksi terbaru saya, berbahan wastra tenun ulos saya tampilkan dengan teknik drapery tanpa jahitan dan tanpa memotong kain,” kata Athan dalam keterangan tertulisnya, Selasa.
Dengan metode drapery itu, Athan ingin menonjolkan kecantikan alami dari kain ulos yang diproduksinya itu.
Baca juga: Tenun Ulos miliki potensi kebudayaan hingga ekonomi-sosial
Ajang pameran busana itu mengangkat tema "The Mystical of Kaliandra" dengan semangat menonjolkan kain ulos sebagai tren fesyen yang memesona.
Athan juga turut mengungkapkan alasannya membawa kain ulos bermotif lawas dalam festival nasional bergengsi itu karena ia memiliki harapan para ahli tenun di Indonesia bisa kembali mengangkat motif lawas.
Dengan masih diproduksinya motif lawas maka motif yang menunjukkan tradisi turun temurun itu tidak hilang dan dapat terus dilestarikan dari generasi ke generasi.
Baca juga: Geliat upaya pelestarian Ulos lewat para penenunnya
Tentunya lewat karyanya yang ditampilkan kepada publik Athan berharap semakin banyak insan Indonesia yang bisa tergerak untuk tampil percaya diri menggunakan wastra nusantara.
Menurut Athan, sentuhan para perajin wastra yang mengangkat kearifan lokal menjadi salah satu kunci utama industri fesyen lokal bisa bangkit jika masyarakat dengan bangga menggunakan produk- produk buatan tangan UMKM.
“Ini cara saya melestarikan wastra nusantara, saya akan tetap melakukan perjalanan untuk memperjuangkan wastra yang sudah menjadi jiwa saya,” ujar Athan.
Baca juga: Cara Tobatenun lestarikan ulos dengan metode berkelanjutan
Baca juga: Potensi wastra dapat dikembangkan dengan peran perajin andal
Baca juga: Cerita wastra ulos dalam Gernas BBI 2021
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021