Bandung (ANTARA News) - Negara-negara ASEAN juga akan mengembangkan sistem peringatan dini untuk pengurangan risiko kebencanaan khususnya "Tsunami Early Warning System" (TEWS) seperti yang telah diterapkan Indonesia.
"Asean juga ingin membangun TEWS. Di sisi lain Indonesia sudah berpengalaman, maka Indonesia menjadi ketuanya pada program flagship Asean ini," kata Deputi Menristek bidang Jaringan Iptek Prof Dr Syamsa Ardisasmita, di sela "Asean Workshop to Draft the Implementation Plans of COST (Committee on Science and Technology) Flagship Programmes" yang digelar di Hotel Novotel, Bandung, Selasa.
Menurut dia, Indonesia memang lebih memiliki banyak kemajuan di bidang TEWS dibanding negara lainnya, antara lain, kepemilikan perangkat peringatan dini seperti buoy dan OBU (Ocean Bottom Unit) yang dipasang di belasan titik di perairan Indonesia, peta rawan bencana, sistem evakuasi, organisasi penanggulangan bencana hingga kesiapan masyarakat.
"Ini juga karena Indonesia ada dibagian terdepan pada subduksi lempeng tektonik yang paling cepat terkena dampak tsunami dibanding negara ASEAN lainnya dan berada di kawasan `ring of fire` yang mengharuskan kita selalu siap terhadap bencana," katanya.
Syamsa mengatakan, negara-negara ASEAN akan saling membantu di bidang pengembangan sistem peringatan dini untuk pengurangan risiko kebencanaan ini, apalagi bidang tersebut merupakan "Flagship Programmes" ASEAN.
Ia membantah bahwa masing-masing negara ASEAN tidak akan tulus dalam berbagi ilmu di keenam program unggulan Asean.
"Anggota ASEAN COST terdiri dari para ilmuwan, mereka sangat senang bekerja sama dan bertukar ilmu. Ini berbeda dengan sektor komersil yang saling bersaing mencari untung. Apa lagi pada 2015 akan terbentuk komunitas ASEAN seperti halnya Uni Eropa," katanya.
Ada enam program unggulan atau "Flagship Programmes" yang telah ditetapkan pada pertemuan Asean COST (Committee on Science and Technology) pada 2006 dalam Asean Plan of Action on Science and Technology (APAST) 2007-2011 dan ASEAN COST pada 2010.
Program-program unggulan ASEAN itu yakni Sistem Peringatan Dini untuk Pengurangan Risiko Kebencanaan, Biofuel, Aplikasi dan Pengembangan OSS (Open Source Software), pangan fungsional, kesehatan dan perubahan iklim.
Indonesia ditunjuk menjadi Ketua dalam riset dan pengembangan program Sistem Peringatan Dini untuk Kebencanaan serta memgetuai riset dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi melalui program Open Source Software (OSS).
Sedangkan kerja sama riset ASEAN mengenai masalah biofuel akan dipimpin oleh Malaysia yang memang lebih maju dalam soal tersebut, pangan fungsional oleh Thailand, Kesehatan oleh Singapura, sedangkan perubahan iklim akan dipimpin oleh Filipina bersama Vietnam.(*)
(T.D009/A025)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011