"Tujuan bersama kami cuma satu, bahwa kami hanya meminta wadah untuk bertukar pikiran," kata Indah Sukmaningsih di Jakarta, Selasa.
Ia menekankan bahwa tujuan yang mendasar dari sejumlah besar LSM ialah ruang untuk berbicara sebagai masyarakat sipil di ASEAN, dan untuk mencapai tujuan itu perlu keterlibatan yang bersifat institusional.
Indah juga menjelaskan bahwa apa yang terjadi di lapangan itu sebenarnya lebih dikuasai oleh masyarakat sipil dan LSM.
"Apa yang terjadi di dalam dunia nyata, akibat dari kebijakan pemerintah itu, kita (masyarakat sipil) yang tahu," katanya.
Ia menjelaskan ada penerapan kebijakan setiap negara dalam ASEAN tidak sesuai dengan tema people centre.
Pemerintah, katanya mencontohkan, lebih mengakomodasikan Konektivitas ASEAN, agar lebih memudahkan berjualan, padahal hubungan antarmasyarakat itu juga termasuk agar warga ASEAN dapat bersekolah kawasan tersebut.
Meski demikian, ia mengakui ada kelemahan dalam kalangan masyarakat sipil, yaitu selalu menunggu definisi dari suatu kebijakan. "Kenapa bukan masyarakat sipil yang membuat definisi tersebut lalu kemudian kita menyodorkan sejumlah definisi yang kemudian dipilih mana yang sekiranya cocok," kata Indah.
Hasil kegiatan konferensi dan forum yang diadakan di Hotel Ciputra pada 3-5 Mei ini kemudian akan diajukan pada 5 Mei guna dibahas dalam KTT ASEAN.
Acara hari ini diikuti oleh 1.200 partisipan dari berbagai LSM di kesepuluh negara anggota ASEAN. LSM yang tergabung mewakili perjuangan kesetaraan gender, keadilan ekonomi, penegakan HAM termasuk hak kaum keterbatasan fisik, hak buruh, serta perlindungan hak waria.
Acara tersebut dimulai satu hari mendahului KTT ASEAN, yang akan dilaksanakan pada 4-8 Mei di JCC. Konferensi Tingkat Tinggi itu akan membahas berbagai hal, dan terfokus pada pencapaian Komunitas ASEAN pada 2015.
ASEAN terdiri dari Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, Myanmar, Kamboja, Laos, Vietnam, dan Indonesia sebagai ketua tahun ini.
(IFB)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011