Jakarta (ANTARA News) - Standard Charetered Bank membantu pengembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia dengan meluncurkan perangkat bantu manajemen risiko serta pelatihan untuk mendukung kemajuan usaha mikro secara global.
"Melihat besarnya tantangan yang dihadapi oleh industri keuangan mikro di Indonesia, Standard Chartered Indonesia perlu untuk membantu lembaga keuangan mikro dan Bank Perkreditan Rakyat dalam mengelola risiko bisnis mikro mereka," ujar Director Global Business Head, Microfinance Standard Chartered Prashant Thakker di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, manajemen risiko kredit sangat penting karena dalam pengembangan LKM dan BPR saat ini belum tersedia mekanisme mitigasi risiko tradisional seperti agunan dan jaminan yang perlu dimiliki dalam bisnis mikro.
Ia menjelaskan penyebaran operasi dan desentralisasi merupakan karakter khusus bagi keuangan mikro sehingga membuat risiko operasional juga memegang peranan penting terhadap pengelolaan usaha mikro.
"Kami akan membantu secara langsung karena usaha mikro saat ini sedang berkembang dan kami tidak hanya membantu dalam bidang pelatihan namun juga pembiayaan dan pelayanan bank," ujarnya.
Prashant menjelaskan, LKM saat ini juga telah bergeser jauh dari pengadaan modal secara hibah, yang merupakan tata cara tradisional menjadi mengandalkan pengadaan dana oleh bank-bank komersial.
Dengan makin meningkatnya integrasi sektor keuangan mikro serta sektor keuangan finansial, yang diikuti pengembangan produk, diversifikasi wilayah-wilayah baru, tidak hanya menambah kompleksitas resiko kredit dan operasional namun juga membawa berbagai risiko baru seperti tingkat suku bunga, nilai tukar dan likuiditas kolektif yang bermuara pada risiko keuangan.
Kondisi inilah yang mendorong peluncuran perangkat bantu manajemen risiko dengan menyertakan bagian spesifik dalam menangani pengelolaan risiko kredit, operasional dan finansial serta pendekatan dalam mengelola risiko.
"Perangkat bantu ini akan membahas konsep-konsep dari empat jenis risiko yaitu resiko kredit, operasional, keuangan dan strategis serta manajemen risiko untuk menawarkan kejelasan konseptual," ujarnya.
CEO Standard Chartered Bank Indonesia Tom Aaker menjelaskan peluncuran perangkat bantu "microfinance" ini merupakan salah satu langkah nyata untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat di Indonesia
Dalam melaksanakan program ini pihaknya menunjuk suatu lembaga konsultasi premium pada bidang pelatihan bisnis dan keuangan khusus usaha mikro untuk memberikan pelatihan dan membantu peluncuran perangkat bantu manajemen risiko bernama MicroSave, sebagai mitra.
Sementara Direktur Koperasi dan UKM Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) Herry Suhermanto mengatakan, saat ini dari sekitar 52,7 juta pengusaha mikro baru sekitar 8 persen yang telah memperoleh pinjaman dari perbankan.
Ia mengharapkan bank swasta dapat lebih terlibat dalam pengembangan LKM walau masih terkendala soal pengaturan bank di luar milik pemerintah untuk menyalurkan kredit mikro.
Pemerintah, untuk membantu pengembangan LKM masih fokus pada pembiayaan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) melalui bank BUMN.
"KUR itu progressnya luar biasa baik dari sisi debitur bertambah besar dan volume yang disalurkan oleh perbankan. Kami minta kepada teman-teman perbankan untuk bisa menyalurkan lebih intens agar LKM dapat lebih berkembang," ujarnya.
(S034)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011