Jakarta (ANTARA News) - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) meminta harga pembelian gas bumi lebih murah ketimbang harga pasar, sehingga harga jual listrik ke masyarakat juga menjadi lebih rendah.
Dirut PLN Eddie Widiono usai merayakan Tahun Baru di lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta, Rabu mengatakan, ke depan, PLN akan membutuhkan lebih banyak gas bumi sebagai sumber energi pembangkit listrik.
"Kita memerlukan gas dalam jumlah besar. Kalau kita dapat murah, maka biaya produksi pembangkit listrik juga lebih murah, sehingga harga jual listrik akan juga lebih rendah," katanya.
Sebelumnya, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pemerintah akan memprioritaskan pemanfataan gas bumi bagi kepentingan domestik ketimbang diekspor ke luar negeri.
Pemerintah, katanya, juga dimungkinkan memberikan insentif atau subsidi kepada produsen atau konsumen gas agar prioritas bagi kepentingan dalam negeri dapat berjalan efektif.
Menurut Eddie, PLN akan memperbanyak penggunaan pembangkit berbahan bakar gas, batu bara, air dan panas bumi untuk mengganti pembangkit BBM, sehingga dapat menekan biaya produksi listriknya.
Di antara pembangkit listrik berbahan bakar gas yang segera beroperasi adalah PLTGU Cilegon (Jawa Barat) dengan kapasitas 740 MW.
Selain itu, PLN juga menjajaki kemungkinan mendapatkan gas dari Lapangan Tangguh di Papua untuk konsumsi terminal LNG di Cilegon.
Terminal berkapasitas 400-1.000 juta kaki kubik itu akan mengolah LNG menjadi gas yang akan digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik.
Pada 2005, komposisi pembangkit BBM milik PLN masih tinggi yakni sekitar 30 persen, sehingga biaya produksi listrik juga masih tinggi.
Namun, pada 2006 PLN mentargetkan mengurangi komposisi pembangkit berbahan bakar mahal itu menjadi 18 persen.
Sedangkan pembangkit batu bara 43 persen, gas 24 persen, hidro 10 persen dan geothermal 5 persen.
Pada 2010, komposisi pembangkit BBM diharapkan hanya menjadi empat persen sedangkan batu bara naik menjadi 46 persen, gas 34 persen, hidro 10 persen sedangkan geothermal 6 persen.
Berdasarkan data PLN, pada 2004 biaya bahan bakar pembangkit listrik bersumber dari BBM mencapai Rp15,8 triliun sementara batu bara Rp3,56 triliun, gas Rp3,75 triliun dan geothermal Rp936 miliar.
PLN menjanjikan tidak akan menaikkan tarif dasar listrik (TDL) jika seluruh program diversifikasi pembangkit listrik berbahan bakar minyak (BBM) ke non-BBM berjalan sesuai target.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006