Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada April terjadi deflasi sebesar 0,31 persen yang disumbangkan oleh kelompok bahan makanan sebesar -0,48 persen sedangkan kelompok makananjadi, minuman, rokok dan tembakau menyumbang inflasi 0,03 persen.
"Deflasi pada April nyaris sama seperti Maret yang mencapai -0,32 persen," ujar Kepala BPS Rusman Heriawan di Jakarta, Senin.
Dari kelompok bahan makanan tersebut, penyumbang terbesar deflasi adalah bawang merah sebesar -0,13 persen, cabai merah -0,11 persen, cabai rawit -0,11 persen, minyak goreng -0,08 persen dan beras -0,06 persen.
Selain itu, komoditas lain seperti daging ayam ras dan telur ayam masing-masing menyumbang deflasi -0,03 persen juga dari kelompok bahan makanan. "Sementara yang menyumbang inflasi secara signifikan adalah emas perhiasan sebesar 0,05 persen," ujar Rusman.
Secara keseluruhan andil terbesar deflasi pada April didominasi oleh harga bergejolak -0,49 persen dan harga diatur pemerintah menyumbang inflasi sebesar 0,04 persen.
Sedangkan inflasi inti masih menyumbang inflasi sebesar 0,25 persen.
"Inflasi yoy (year on year) walau turun, masih mencapai 6,16 persen dengan inflasi inti yoy mencapai 4,62 persen," ujarnya.
Rusman menjelaskan penundaan kebijakan pemerintah seperti pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi memberikan suasana yang kondusif bagi perkembangan gejolak laju inflasi pada empat bulan pertama 2011.
"Penundaan memberikan suasana bagus bagi perkembangan situasi dan kondisi positif untuk gejolak inflasi," ujarnya.
Dengan demikian laju inflasi tahun kalender Januari-April tercatat mencapai 0,39 persen. "Jadi inflasi Januari-April masih dibawah satu persen," ujar Rusman.
Sementara dari 66 kota IHK, sebanyak 57 kota menyumbang deflasi dan 9 kota mengalami inflasi.
Deflasi tertinggi tercatat terjadi di kota Jambi dengan -1,57 persen dan Palu serta Pematang Siantar masing-masing sebesar -1,47 persen.
Sedangkan sumbangan inflasi terbesar terjadi di kota Ternate 0,52 persen dan Balikpapan 0,45 persen. Sementara inflasi rendah terjadi di Palangkaraya sebesar 0,05 persen.
(S034)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011