Tokyo (ANTARA News/AFP) - Konfederasi buruh yang berhaluan kiri Jepang pada Ahad menyerukan untuk mengakhiri penggunaan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), dalam unjuk rasa "May Day" sementara petugas penanggulangan bencana berusaha mengendalikan PLTN yang rusak.

"Mari kita hentikan pemerintah dari mempromosikan pembangkit listrik tenaga nuklir dan mencari perubahan dalam kebijakan energi kita," kata kepala Konfederasi Nasional Serikat Buruh (Zenroren), Sakuji Daikoku, dalam unjuk rasa di Tokyo.

Ketua Partai Komunis Jepang, Kazuo Shii, juga mengatakan kepada kerumunan yang dilakukan di Taman Yoyogi: "Kami akan serius meminta kepada pemerintah agar memilih untuk meninggalkan energi nuklir dan mendirikan program untuk mengurangi pemanfaatan PLTN hingga nol."

Unjuk rasa tersebut dihadiri 21.000 orang, menurut konfederasi yang mengaku memiliki keanggotaan hingga 1,2 juta pekerja.

Unjuk rasa lain diadakan di Tokyo pada Ahad, didukung oleh konfederasi buruh lebih kecil bernama Zenrokyo, juga menyuarakan masalah nuklir.

"Mari kita bergabung bersama dalam mengubah masyarakat Jepang terlepas dari tenaga nuklir," kata pemimpin Partai Sosial Demokratik Mizuho Fukushima kepada pengunjuk rasa Zenrokyo di taman Hibiya, di luar Istana Kaisar.

Konfederasi buruh terbesar Jepang, Rengo, yang terdiri dari 6,8 juta anggota dan mendukung partai berkuasa bergaris tengah-kiri, Partai Demokratik Jepang, mengatakan mengadakan protes damai "May Day" di Tokyo pada Jumat, yang menjadi hari libur nasional.

Pemerintah pimpinan Perdana Menteri Naoto Kan telah mempromosikan hasil ekspor PLTN hingga gempa bumi sekuat 9.0 SR serta gelombang tsunami yang merusak PLTN Fukushima Daiichi pada 11 Maret dan mematikan sistem pendingin instalasi nuklir tersebut.

May Day merupakan hari perayaan para buruh di seluruh dunia yang jatuh pada tanggal 1 Mei.(*)

(Uu.KR-IFB/H-RN)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011