Jakarta (ANTARA News) - Konsumsi BBM jenis Pertamax dan Pertamax Plus melonjak hingga di atas 100 persen pasca penurunan harga kedua jenis bahan bakar beroktan tinggi tersebut mulai 1 Januari 2006.
Kepala Divisi BBM PT Pertamina (Persero) Achmad Faisal kepada ANTARA di Jakarta, Rabu, mengatakan, pada Selasa (3/2), penjualan Pertamax dan Pertamax Plus mencapai 1.000 kiloliter atau meningkat 150 persen dibandingkan Senin (2/1) yang hanya 400 kiloliter.
"Peningkatan konsumsi ini kemungkinan akibat harga Pertamax dan Pertamax Plus yang tidak berbeda jauh dengan premium," katanya.
Namun Faisal belum bisa memperkirakan apakah kecenderungan kenaikan tersebut akan terus berlanjut.
Per 1 Januari 2006, Pertamina menetapkan harga Pertamax sebesar Rp5.000 per liter dan Pertamax Plus Rp5.200 per liter.
Harga Pertamax tersebut hanya berselisih Rp500 per liter dengan premium bersubsidi yang Rp4.500 per liter. Sedangkan, selisih harga premium dengan Pertamax Plus hanya Rp700 per liter.
Sementara itu, sejumlah warga juga mulai mengkonsumsi Pertamax pascapenurunan harga tersebut.
Seorang karyawan swasta, Andi menuturkan, dirinya langsung beralih menggunakan Pertamax setelah tahu harga BBM tersebut turun menjadi Rp5.000 per liter pada 1 Januari 2006.
"Saya pilih Pertamax karena selisihnya hanya Rp500 per liter dengan premium. Selain murah, mesin saya juga lebih awet," kata pemilik kendaraan roda empat yang mengkonsumsi BBM hingga 100 liter per bulan itu.
Sedangkan warga Jakarta Timur, Taufik memberi alasan menggunakan Pertamax karena lebih ramah lingkungan ketimbang premium.
"Saya ingin membantu mengurangi polusi di Jakarta," kata pemilik kendaraan roda dua yang menghabiskan BBM 40 liter per bulan tersebut.
Pantauan di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) pun menunjukkan kecenderungan peningkatan konsumsi Pertamax dan Pertamax Plus tersebut.
Seorang petugas di SPBU Pertamina yang berlokasi di Jatiwarna, Bekasi menuturkan, dalam dua hari terakhir ini, konsumsi Pertamax cenderung meningkat.
Namun, ia mengaku tidak mengetahui secara pasti kenaikannya.
Pertamina menyesuaikan harga BBM non subsidi tersebut mengikuti penurunan harga minyak Mid Oil Platts Singapura (MOPS) yang menjadi patokan perhitungan harga jual produk di dalam negeri.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006