Proses rekrutmen yang dilakukan oleh pengikut pimpinan NII KW9 tidak sampai memakan waktu berbulan-bulan, tapi bisa dilakukan dalam waktu beberapa hari saja, sasarannya terutama orang kaya,"

Jakarta (ANTARA News) - Peneliti Sejarah Daruul Islam Sholahuddin mengatakan, jaringan Negara Islam Indonesia atau NII yang dikembangkan oleh KW9 melakukan rekrutmen dengan modus penggalangan dana bukan gerakan radikal seperti teror bom.

"Jaringan NII KW9 melakukan penggalangan dana besar-besaran karena bermula terlilit utang cukup besar yakni Rp50 miliar pada sebuah bank pada 2004," kata Sholahuddin pada diskusi "Polemik: NII dan Radikalisme" di Jakarta, Sabtu.

Menurut dia, kerugian NII KW9 sebesar Rp50 miliar pada saat proyek pengadaan sapi impor yang semula akan dibiayai seorang pejabat negara, tapi proyek itu gagal.

Karena terlilit utang tersebut, kata dia, maka pimpinan NII KW9 memerintahkan pengikutnya untuk melakukan rekrutmen besar-besaran yang sasarannya bisa menarik uang dari anggota yang direkrut.

"Proses rekrutmen yang dilakukan oleh pengikut pimpinan NII KW9 tidak sampai memakan waktu berbulan-bulan, tapi bisa dilakukan dalam waktu beberapa hari saja, sasarannya terutama orang kaya," katanya.

Menurut dia, pada saat merekrut anggota baru, pengikut NII KW9 menawarkan konsep "binayatul maliyaj" yakni ada 12 pos pengadaan dana negara.

Proses rekrutmen tersebut, kata dia, antara lain melalui proses bai`at atau cuci otak dan kemudian membayar infak untuk NII KW9.

"Infaq dari anggota NII KW9 sekitar Rp5 miliar per bulan," katanya.

Sholahuddin menambahkan, saat ini NII KW9 sedang melakukan rekrutmen anggota baru secara besar-besaran.

Menurut dia, munculnya isu NII di media massa yang menjadi marak saat ini bermula dari gagalnya rekrutmen terhadap seorang pegawai negeri, Laila Febriani atau Lian yang ditemukan di sebuah masjid di Cisarua, Bogor, pada 11 April 2011 dalam kondisi sudah terbai`at.*
(R024/O001)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011