Magelang (ANTARA News) - Kue keranjang sebagai santapan khas perayaan Tahun Baru Imlek menjadi simbol kebulatan tekad masyarakat keturunan Tionghoa dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup.
"Kue keranjang itu simbol dari hati yang bulat seperti bentuk kue itu. Tekad bulat untuk menghadapi kehidupan pada masa-masa mendatang," kata Ketua Bidang Kerohanian Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Kelenteng "Liong Hok Bio" Kota Magelang, Tedy Hartanto Tamsil, di Magelang, Senin.
Setiap perayaan imlek, katanya, keluarga-keluarga keturunan Tionghoa asal kota itu berkumpul untuk berdoa dan bersilaturahmi.
Di setiap rumah warga, katanya, selalu tersaji kue keranjang yang disantap secara bersama-sama.
"Kebersamaan itulah yang diartikan sebagai tekad bulat untuk mengarungi kehidupan tahun mendatang," katanya.
Ia mengatakan setiap keluarga keturunan Tionghoa di kota itu juga berdoa bersama di depan altar kecil atau Kong Ko yang ada di dalam rumah itu.
Mereka, katanya, mendoakan arwah para leluhur secara bersama-sama.
"Bakti terhadap orang tua dan leluhur sebagai salah satu tingkatan hidup yang sempurna," katanya.
Tedy mengatakan, perayaan Imlek 2560 meningkatkan kepekaan sosial warga terhadap perkembangan situasi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang kini sedang menghadapi dampak krisis global.
"Imlek tahun ini meningkatkan kepekaan sosial, warga makin menyadari arti pentingnya cinta damai dan toleransi," katanya.
Omset Turun
Salah seorang pembuat kue keranjang di Kota Magelang, Veronika, mengatakan, terjadi penurunan produksi kue keranjang untuk imlek pada tahun 2009 dibandingkan dengan setahun lalu.
Pada imlek tahun lalu, katanya, produksi kue keranjang sekitar 100 kilogram tetapi pada tahun 2009 hanya berkisar 50 hingga 60 kilogram.
Harga kue keranjang pada tahun 2009 bervariasi antara Rp25 ribu hingga Rp30 ribu per kilogram sedangkan tahun 2008 antara Rp20 ribu hingga Rp25 ribu per kilogram.
"Mungkin karena sekarang sedang krisis ekonomi, sehingga permintaan menurun," katanya.
Warga keturunan Tionghoa di Kota Magelang, pada Minggu (25/1) malam hingga Senin (26/1) dini hari melakukan persembahyangan tutup tahun dan awal tahun di Kelenteng Liong Hok Bio secara takzim.
Mereka juga menikmati hiburan tarian liong samsi dan barongsai di halaman kelenteng yang terletak di pusat Kota Magelang itu. Hujan mengguyur berbagai tempat di Magelang sejak sekitar pukul 17.00 hingga 21.00 WIB.
Ketua Umum Yayasan Tribhakti Kota Magelang, Paul Candra Wesi Aji, mengatakan, pada perayaan Imlek, warga berdoa bagi Bangsa Indonesia agar mampu keluar dari dampak krisis ekonomi global.
"Kita mendoakan bangsa kita agar mampu menghadapi krisis global, supaya masyarakat menyadari pentingnya bekerja keras sebagaimana makna tahun kerbau tanah ini," katanya. (*)
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2009