Volatilitas tetap menjadi norma dalam beberapa pekan terakhir di tengah perubahan pandangan tentang kebijakan moneter, kekhawatiran inflasi, dan sekarang ketidakpastian Omicron

New York (ANTARA) - Mata uang safe-haven yen dan franc Swiss naik pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena ekuitas global dan imbal hasil obligasi jatuh di tengah kekhawatiran tentang penyebaran varian baru virus corona Omicron, yang telah mengakibatkan pembatasan baru di beberapa bagian dunia, serta kekhawatiran kemungkinan tindakan agresif Federal Reserve untuk mengekang inflasi yang melonjak.

"Volatilitas tetap menjadi norma dalam beberapa pekan terakhir di tengah perubahan pandangan tentang kebijakan moneter, kekhawatiran inflasi, dan sekarang ketidakpastian Omicron," kata Action Economics dalam blog terbarunya di pasar.

Dolar membalikkan kenaikan menjadi diperdagangkan sedikit menyusut pada hari itu setelah rilis laporan pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan, yang masih termasuk revisi positif untuk bulan-bulan sebelumnya dan rincian kuat tentang pasar tenaga kerja.

Pelaku pasar memandang laporan penggajian tidak benar-benar mengubah rencana Fed untuk mempercepat pengurangan pembelian asetnya dan mungkin menaikkan suku bunga beberapa kali tahun depan meskipun ada ancaman Omicron.

Data penggajian (payrolls) nonpertanian AS meningkat 210.000 pekerjaan bulan lalu, Departemen Tenaga Kerja melaporkan. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan akan naik 550.000 pekerjaan.

Pertumbuhan pekerjaan Oktober direvisi naik menjadi 546.000 posisi dari perkiraan awal 531.000 dan lonjakan September meningkat menjadi 379.000 dari 321.000, dengan kenaikan bersih 82.000 dalam dua bulan.

Tingkat pengangguran juga turun menjadi 4,2 persen dari 4,6 persen, level terendah sejak Februari 2020.

"Meskipun laporan penggajian beragam hari ini, kami pikir gambaran yang lebih besar tetap bahwa tekanan inflasi berkelanjutan di AS kemungkinan akan mendukung normalisasi kebijakan yang lebih cepat oleh Fed dan menjaga dolar tetap kuat," kata Jonathan Petersen, ekonom pasar di Capital Economics, dikutip dari Reuters.

Suku bunga berjangka dana federal, yang melacak ekspektasi suku bunga jangka pendek, pada Jumat (3/12/2021) malam memperkirakan peluang 74 persen kenaikan seperempat poin persentase suku bunga acuan Fed pada Mei 2022. Probabilitas itu mencapai setinggi 86 persen setelah rilis laporan pekerjaan.

Pada perdagangan sore, indeks dolar naik tipis di 96,146. Greenback akan berakhir secara luas tidak berubah pada minggu ini meskipun minggu lalu reli ke level tertinggi sejak Juli tahun lalu.

Petersen dari Capital Economics mengatakan nilai dolar mencerminkan "efek mengimbangi dari kenaikan imbal hasil jangka pendek di AS, terutama setelah komentar Ketua (Jerome) Powell (hawkish) kepada Kongres pada Rabu (1/12/2021), dan penurunan imbal hasil jangka panjang di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang varian Omikron."

Euro menguat 0,1 persen pada 1,1307 dolar AS. Terhadap yen, dolar AS turun 0,4 persen menjadi 112,75 yen. Dibandingkan franc Swiss, dolar turun 0,2 persen menjadi 0,9179 franc.

Juga pada Jumat (3/12/2021), Departemen Keuangan AS merilis laporan mata uang semi-tahunan, yang memilih Vietnam dan Taiwan sebagai negara yang terus melampaui ambang batas untuk kemungkinan manipulasi mata uang dan analisis ditingkatkan di bawah undang-undang perdagangan AS tahun 2015. Namun, AS menahan diri untuk secara resmi menyebut mereka manipulator.

Mata uang negara-negara yang disebutkan - dong Vietnam dan dolar Taiwan - menunjukkan sedikit reaksi terhadap laporan tersebut.

Di pasar negara berkembang, lira Turki yang bergejolak mendekati rekor terendah pada Jumat (3/12/2021), memicu intervensi langsung bank sentral untuk menjual dolar. Dolar AS terakhir naik 0,6 persen pada 13,745 lira.

Baca juga: Yen bersinar dan Aussie merosot saat Powell berubah menjadi "hawkish"
Baca juga: Yen, franc reli karena risiko prospek global setelah Powell "hawkish"
Baca juga: Dolar naik tipis di Asia, ditopang redanya kekhawatiran dampak Omicron

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021