Saat ini jangan ada lembaga pendidikan Islam yang menolak mendidik anak bangsa berkebutuhan khusus. Justru kita bertanya, sejauh mana kita bisa memberi yang terbaik bagi merekaJakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) M. Ali Ramdhani menegaskan bahwa semua satuan pendidikan yang berada di lingkup Kemenag, mulai dari raudlatul athfal (RA) hingga perguruan tinggi keagamaan harus ramah difabel (berkebutuhan khusus)
"Saat ini jangan ada lembaga pendidikan Islam yang menolak mendidik anak bangsa berkebutuhan khusus. Justru kita bertanya, sejauh mana kita bisa memberi yang terbaik bagi mereka," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Ia menyatakan akan pentingnya penghargaan, penghormatan, dan perlakuan adil tanpa diskriminasi kepada penyandang disabilitas. Kemenag telah mencanangkan semua unsur pendidikan Islam di bawah naungan Ditjen Pendis sebagai unit sekolah ramah disabilitas.
Dari segi kebijakan, Ditjen Pendis telah melakukan pemetaan dan membangun infrastruktur dengan asistensi pakar disabilitas. Selanjutnya diperlukan komitmen untuk menjaga dan menerapkan fasilitas untuk mendukung pembelajaran ramah difabel.
Menurutnya, apabila Kemenag pusat telah membuat kebijakan dan mempersiapkan infrastruktur, maka seluruh satuan pendidikan diharapkan dapat mengimplementasikan dan membudayakan nilai-nilai pendidikan Islam yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan khusus
"Saya berpesan, hal ini jangan sampai hanya menjadi artefak kebijakan, tetapi harus dilaksanakan secara konsisten," kata M Ali Ramadhani.
Sementara itu, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta Prof Al Makin, mengatakan kebijakan Kemenag telah diimplementasikan dalam satuan pendidikan yang ia pimpin. Bahkan UIN Sunan Kalijaga ditetapkan sebagai kampus Islam pertama yang ramah difabel sejak tahun 2007.
Pendidikan tanpa diskriminasi, kata dia, adalah praktik baik tidak hanya untuk tujuan diskusi akademik, tapi juga pelayanan masyarakat. Kepedulian terhadap difabel juga sebagai upaya agar universitas memiliki kontribusi yang jelas kepada semua lapisan masyarakat.
"Disabilitas itu bukan soal ilmu atau akhlak, tetapi kenyataan hidup. Tak dapat dimungkiri, Tuhan menciptakan disabilitas dan itu bukan untuk dihindari, tetapi untuk diakomodir dan diafirmasi," demikian Al Makin .
Baca juga: Menko PMK: Pendidikan atlet difabel jangan sampai terhambat
Baca juga: Sambut hari pramuka, Mendikbud gelar giat pramuka berkebutuhan khusus
Baca juga: Sekolah Muhammadiyah Bireuen jadi model sekolah inklusi di Aceh
Baca juga: Mendikbud: Penyandang disabilitas diprioritaskan menerima KIP kuliah
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021