"Kami menerima banyak laporan hewan ternak sapi dan kambing milik warga masuk ke lingkungan sekolah. Kami menyesalkan kondisi ini karena sekolah sudah menjadi kandang ternak," kata dia, di Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, Kamis.
Baca juga: Genteng dan plafon sekolah di Tangerang jebol akibat diterjang angin
Sebelumnya, dia memanfaatkan waktu resesnya dengan mendatangi gedung SMP Negeri 3 Seruway, Aceh Tamiang. Dalam kunjungan dinasnya ke daerahnya, dia melihat kondisi sekolah itu sudah seperti kandang ternak.
Tidak hanya itu, kata dia, pengelola sekolah juga mengeluhkan kekurangan murid kepada wakil rakyat itu. Salah satu faktor pemicu maraknya binatang ternak warga berkeliaran di lingkungan sekolah. Hal itu membuat sekolah yang berdiri 2007 itu tidak lagi diminati siswa lagi.
Ia mengatakan hewan ternak itu masuk ke kompleks sekolah pada sore hari saat tidak ada aktivitas di sekolah. Selain itu, masuknya hewan ternak disebabkan tidak terlalu banyak aktivitas persekolahan karena kekurangan murid.
Baca juga: DPRD pertanyakan anggaran minim untuk renovasi sekolah di DKI
"Pihak (pengelola) sekolah mengeluh kepada kami karena kekurangan anak didik, sehingga memicu maraknya hewan ternak masuk kompleks sekolah," kata dia.
Sedangkan masyarakat, kata dia, beralasan tidak berminat menyekolahkan anaknya di sekolah yang banyak ternaknya karena merasa tidak nyaman, terganggu kotoran sapi maupun kambing.
Oleh karena itu, dia meminta perangkat kampung setempat untuk membuat resam atau peraturan adat kampung sebagai sanksi kepada pemilik ternak yang masuk fasilitas umum, seperti sekolah.
Baca juga: Tiga ruangan SD di Rengasdengklok Karawang-Jabar ambruk
Kepala SMP Negeri 3 Seruway, Kurnia Rahmianum, mengatakan, lingkungan sekolah yang dipimpinnya tidak nyaman lagi karena tercemar kotoran hewan ternak.
"Masuknya hewan ternak ke pekarangan sekolah membuat program penghijauan tidak bisa dilakukan. Sebab, semua tanaman dimakan hewan ternak," kata dia.
Menurut dia, kondisi itu terjadi karena sekolah tidak memiliki pagar yang utuh untuk mencegah hewan ternak masuk perkarangan. Mereka mengusulkan pembangunan pagar, namun ditolak karena dianggap bukan skala prioritas.
Baca juga: Badai rusak tiga rumah dan satu sekolah di Meulaboh Aceh Barat
"Kami berharap DPRK Aceh Tamiang memperjuangkan pembangunan pagar sekolah. Kami sudah tidak sanggup lagi menghadapi hewan ternak masuk ke perkarangan sekolah," kata dia.
Pewarta: M.Haris Setiady Agus
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2021