Mengapa? Mengapa mereka membiarkan kami dengan sepuluh orang?"
Madrid (ANTARA News) - Pelatih Real Madrid Jose Mourinho tidak bisa menyembunyikan kemarahannya menyusul kekalahan 2-0 timnya di leg pertama semifinal Liga Champions dari musuh bebuyutannya Barcelona di Santiago Bernabeu, Kamis dini hari tadi, dengan menuduh wasit selalu membela Barcelona.
Pelatih asal Portugis ini mennyoroti dikeluarkannya Pepe di saat-saat menentukan sebagai contoh dari perlakuan menganakemaskan Barca itu.
Gol terakhir dari Lionel Messi membuat Barcelona tinggal selangkah lagi menuju final di Wembley, tapi ada laku tengik setelah Maourinho diusir ke bangku penonton karena amarahnya menanggapi kartu merah terhadap Pepe.
"Chelsea tak bisa melenggang ke final tiga tahun lalu (pada semifinal 2009) melawan Barcelona. Dengan Inter Milan tahun lalu kami harus bermain dengan sepuluh orang saat menghadapi Barcelona (tapi Inter tetap lolos menggulingkan Barca dan memenangkan tropi juara setelah mengalahkan Bayern Munich di final) dan sekali lagi tahun ini kami harus bermain dengan sepuluh orang," kata Mourinho meradang.
"Seharusnya tak perlu kartu merah untuk Pepe. Mungkin seseorang bisa menjawab saya dalam soal ini. Sebuah pelanggaran terhadap pemain Barcelona, dan ajaib satu kartu merah (dikeluarkan).
"Saya tidak tahu apakah Barcelona sahabat atau tidak. Mereka adalah tim yang hebat, oleh karena itu selamat untuk mereka, tapi mereka punya kekuatan itu. Pepe dikeluarkan dan begitu pula saya. Saya tidak tahu kenapa.
"Mdengapa? Mengapa sebuah tim fantastik memerlukan ini. (Anders) Frisk (wasit pada semifinal Liga Champions 2009 antara Barcelona dan Chelsea) (Wolfgang) Stark (wasit dalam pertandingan semalam). Mengapa? Sepakbola itu untuk semua orang. Tim yang pantas menang harus menang.
"Jika mereka menang dengan keunggulan, kami akan menerimanya. Mengapa dalam pertandingan seimbang seperti semalam hal itu bisa terjadi? Mengapa? Mengapa mereka membiarkan kami dengan sepuluh orang? Mengapa mereka menolak empat penalti untuk Chelsea di semifinal beberapa tahun lalu? Saya harap suatu hari saya mendapatkan jawabannya. Saya selalu berusaha jujur. Saya hanya ingin tahu mengapa."
Ditanya mengenai peluang timnya membalikkan hasil di leg kedua di Camp Nou 3 Mei nanti, Mourinho menjawab: "Terus terang itu misi yang sulit di Barcelona. Ya, saya kira kita telah tersisih. Kami akan melakukan apapun untuk mencapai hasil demi pendukung kami, tapi saya tak dapat melihat itu."
Madrid tidak pernah lolos ke final sejak 2002 dan selalu tersisih di babak 'knockout' salam enam musim berturut-turut sebelum kedatangan Mourinho.
Terjadi perang kata-kata sebelum permainan semalam digelar di mana serangan dari Guardiola yang mengatai Mourinho dengan sebuatan 'Pep' (menggebu-gebu) dan menggunakan kata informal 'tu', namun pelatih berkebangsaan Portugis itu menyatakan perang urat syaraf tidak mempengaruhi hasil pertandingan.
"Tidak, saya pikir itu tidak relevan dengan apa yang diucapkan Josep Guardiola," kata Mourinho. "Saya menjawab mereka. Mereka telah menggunakan ungkapan aneh.
"Dia memang seorang yang fantastik. Saya kenal dengannya empat tahun di Barcelona dan saya menghormatinya sebagai pelatih. Kendati begitu, saya akan malu memenangkan Liga Champions dengan cara seperti ini."
Guardiola ditanyai soal komentar Mourinho itu pada jumpa persnya dan dengan enteng dia menjawab: "Saya tak ingin berkata apa-apa mengenainya. No comment.
"Kami satu langkah menuju final namun kami belum di Wembley dan satu klub dengan sembilan kali (menggondol) Piala Eropa (Real Madrid) tidak akan pernah menyerah.
"Kami perlu tujuh poin untuk menuntaskan Liga, maka itulah priortias kami kini, dan nanti kami akan fokus ke pertandingan selanjutnya melawan Real," demikian Guardiola seperti dikutip AFP. (*)
Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011