Jakarta (ANTARA News) - Sekitar 6.200 tenaga kerja Indonesia (TKI) yang ditempatkan pelaksana penempatan TKI swasta (PPTKIS) sebagai anak buah kapal penangkap ikan di Taiwan tak melapor ke Kantor Dagang Ekonomi Indonesia (KDEI) setempat.
Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat dalam surat elektronik dari Taiwan, Rabu malam, menyampaikan data itu dari Kepala Bidang Imigrasi, Konsuler, dan Ketenagakerjaan KDEI Taiwan Ramli HS.
Setibanya di Taiwan pada Rabu malam, Jumhur langsung berdialog dengan Ramli.
Jumhur berada di Taiwan guna menghadiri Pertemuan Tahunan V KDEI dengan Taiwan Economic Trade Office (TETO) pada 29 April mendatang.
Menurut Ramli, seharusnya PPTKIS melaporkan penempatan TKI "fisherman" (nelayan atau awak buah kapal) di Taiwan kepada KDEI selaku Perwakilan RI yang juga memiliki tugas melayani TKI di Taiwan.
Laporan penempatan TKI diperlukan KDEI sebagai data untuk keperluan perlindungan WNI/TKI jika menghadapi masalah.
Para TKI itu berasal dari daerah Pantai Utara Pulau Jawa seperti Brebes, Pekalongan, dan Pati (Jawa Tengah).
Pada umumnya mereka tersebar di Pulau Fenghu, Tauyoen, kemudian di Keelung (Taiwan Utara), Pintung (Taiwan Selatan), serta Yilan (Taiwan Timur).
Di Pulau Fenghu dan Pintung masing-masing terdapat sekitar 1.500 TKI nelayan dan anak buah kapal.
Mereka bekerja dengan menghabiskan waktu di kapal penangkap ikan dan masing-masing mendapat gaji sekitar Rp5 juta per bulan. (*)
(T.B009/R010)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011