London (ANTARA News) - Sejumlah anggota Komisi I DPR melakukan berbagai pertemuan dalam kunjungan kerja di Moskow, Rusia, sejak 25 April 2011.
Para anggota dewan selain bertemu pejabat Kementerian Luar Negeri dan Badan Federal untuk Kerja Sama Teknik Militer, juga berkunjung ke Kantor Berita Ria Novosti, Kantor Dewan Mufti Rusia dan Universitas Ketimuran, demikian Counsellor KBRI Moskow, M Aji Surya kepada koresponden ANTARA London, Rabu.
Menurut anggota FPG DPR Enggartiasto Lukita, di antara hal-hal penting yang dibahas dalam berbagai pertemuan adalah mengenai perang melawan terorisme yang merupakan musuh bersama secara internasional.
Disebutkan, banyak mitra anggota dewan di Rusia yang bertanya secara khusus tentang keberhasilan Indonesia dalam menangani terorisme. "Mereka juga bertanya tentang bom buku," katanya.
Secara gamblang, anggota DPR yang dipimpin Salim Mengga tersebut menggarisbawahi bahwa kegiatan terorisme di Indonesia tidak terkait dengan agama manapun.
Dalam pemahaman masyarakat dan Pemerintah Indonesia, tidak ada satu agama pun yang membolehkan tindakan keji yang bertentangan dengan kemanusiaan. Sebagaimana di Rusia, Islam di Indonesia juga dipahami sebagai "rahmatan lil alamin".
Mengenai kerja sama muslim Indonesia dengan Rusia, anggota DPR dari PKS, Hidayat Nur Wahid, mencatat adanya perkembangan yang sangat positif.
Implementasi MoU antara universitas Islam di Rusia dan Indonesia melalui tukar-menukar mahasiswa, kunjungan wakil mufti ke Indonesia, pelatihan manajemen haji serta bank syariah, perlu dilanjutkan dalam berbagai bentuk kegiatan lainnya.
Sementara itu Dubes RI Moskow, Hamid Awaludin mengatakan, tahun ini KBRI Moskow akan melaksanakan interfaith dialogue, pelatihan bank syariah, riset Islam di Rusia serta pengiriman 27 mahasiswa Islam Rusia untuk studi S1, S2 dan S3.
Sedangkan dalam pertemuan dengan Kementerian Luar Negeri dibicarakan tentang hubungan bilateral sampai hal-hal yang bersifat teknis, antara lain, tentang lahan yang dimiliki Pemerintah Indonesia untuk dipakai sebagai Kantor KBRI.
Tantowi Yahya dari Partai Golkar mengatakan, banyak hal baru yang didapatkan yang layak menjadi masukan bagi pekerjaan. "Sampai saat ini, Kantor KBRI masih menyewa. Ada pejabat yang ditemui berjanji akan membantu mencarikan jalan keluar," ujar Tantowi.
Sementara itu, anggota DPR juga mencatat keluhan Dubes RI terkait dengan operasional KBRI Moskow. Bahkan, mencatat mahalnya kehidupan di Rusia saat ini.
Dalam kesempatan pertemuan dengan KBRI, Dubes membeberkan makin tingginya biaya hidup di Rusia dari waktu ke waktu, namun sejauh ini belum ada perbaikan tingkat pendapatan.
Dikatakannya, bila hal ini dibiarkan maka operasional KBRI bisa berat. "Saat ini sudah ada tiga lokal staf yang mengundurkan diri karena tidak tahan. Di sisi lain, anggaran KBRI tahun ini turun," kata Dubes.
(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011