Tokyo (ANTARA) - Mata uang safe-haven yen mendekati level tertinggi tujuh minggu di sesi Asia pada Kamis pagi, sementara mata uang rand Afrika Selatan dan mata uang yang lebih berisiko melemah karena varian virus corona Omicron memantapkan dirinya sebagai strain dominan di Afrika Selatan dan terus menyebar secara global.
Indikasi awal yang menunjukkan Omicron mungkin jauh lebih menular daripada varian sebelumnya telah mengguncang pasar keuangan di tengah kekhawatiran bahwa kembalinya larangan perjalanan dan penguncian dapat menghambat pemulihan global yang baru lahir.
Varian Omicorn telah ditemukan di tempat-tempat yang tersebar luas seperti Australia, Inggris, Kanada dan Jepang, bahkan ketika negara-negara tersebut dengan cepat memperketat perbatasan mereka.
Terhadap mata uang Jepang, dolar AS naik tipis 0,11 persen menjadi 112,875 yen, tetapi tetap mendekati level terendah Selasa (30/11/2021) di 112,535, level yang tidak terlihat sejak 11 Oktober.
Terhadap rand Afrika Selatan, greenback turun 0,12 persen pada 16.0025, setelah melonjak lebih dari 1,0 persen semalam.
Jumlah kasus baru yang dilaporkan di Afrika Selatan - tempat Omicron pertama kali ditemukan empat minggu lalu - berlipat ganda dari Selasa (30/11/2021) hingga Rabu (1/12/2021). Institut Nasional untuk Penyakit Menular negara itu mengatakan 74 persen dari semua genom virus yang telah diurutkan bulan lalu adalah varian baru.
Kasus pertama di Amerika Serikat, dilaporkan pada Rabu (1/12/2021), adalah orang yang divaksinasi penuh di California yang kembali dari Afrika Selatan pada 22 November dan dinyatakan positif tujuh hari kemudian.
Terlepas dari ketidakpastian yang ditimbulkan oleh Omicron, Ketua Federal Reserve Jerome Powell menegaskan kembali dalam kesaksian hari kedua kepada Kongres pada Rabu (1/12/2021) bahwa ia dan sesama pembuat kebijakan akan mempertimbangkan pada pertemuan 14-15 Desember untuk mengurangi stimulus lebih cepat, yang dapat membuka pintu untuk kenaikan suku bunga lebih awal.
"Jika tidak ada yang lain, (kesaksian ulang Powell) memberi tahu Anda bahwa dia sama sekali tidak senang tentang bagaimana pasar menafsirkan apa yang dia katakan sebelumnya," Ray Attrill, kepala strategi valas di National Australia Bank, menulis dalam sebuah catatan kepada klien.
"Yang benar adalah kita kurang dari seminggu ke dalam jangka waktu 2-3 minggu yang layak didengarkan oleh siapa pun - ahli epidemiologi, bukan analis pasar - kata yang diperlukan sebelum penilaian yang tepat dapat dibuat sehubungan dengan keseriusan varian COVID-19 ini dan kemanjuran vaksin yang ada."
Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS versus enam mata uang lainnya, naik tipis 0,03 persen menjadi 96,07, berkonsolidasi di tengah kisarannya selama dua minggu terakhir, ketika juga naik setinggi 96,938 untuk pertama kalinya sejak Juli tahun lalu.
Aussie yang sensitif terhadap risiko hampir datar di 0,7105 dolar AS, tidak jauh dari terendah Selasa (30/11/2021) di 0,7063 dolar AS, terlemah sejak awal November tahun lalu.
Sterling, sering dianggap sebagai mata uang risk-on, sedikit berubah pada 1,3276 dolar AS. Sterling jatuh ke level terendah satu tahun di 1,31945 dolar AS pada Selasa (30/11/2021).
Euro stabil di 1,1316 dolar AS, melanjutkan pemulihannya setelah merosot ke level terendah 17-bulan di 1,1186 dolar AS bulan lalu.
Baca juga: Yen, franc reli karena risiko prospek global setelah Powell "hawkish"
Baca juga: Saham Asia jatuh, aset "safe haven" reli, dipicu varian baru COVID-19
Baca juga: Di pasar Asia, saham dan minyak turun, aset-aset "safe haven" bersinar
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021