New York (ANTARA) - Minyak mentah berjangka menetap lebih rendah pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena reli awal gagal dan penjualan meningkat di tengah kekhawatiran varian baru virus corona Omicron dan dapat memangkas permintaan minyak ketika pasokan global meningkat.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 61 sen atau 0,9 persen menjadi ditutup di 65,57 dolar AS per barel. Sementara itu, patokan global minyak mentah berjangka Brent turun 36 sen atau 0,5 persen, menjadi menetap pada 68,87 dolar AS per barel.

Di akhir sesi, harga minyak turun ke wilayah negatif setelah pejabat AS mengatakan varian Omicron --diyakini lebih menular daripada jenis virus corona sebelumnya-- telah ditemukan di negara itu.

"Ketika pasar mendapat berita tentang varian Frankenstein (monster), Anda menjual dan mengajukan pertanyaan kemudian," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York. Dia memperkirakan lebih banyak momentum bullish untuk kembali setiap kali WTI melintasi di atas 70 dolar AS per barel.

Baca juga: IOG 2021 hasilkan 41 kesepakatan migas senilai 3,62 miliar dolar AS

Baca juga: Minyak menguat di Asia jelang pertemuan OPEC di bawah ancaman Omicron

Minyak berjangka telah berada di bawah tekanan selama berpekan-pekan karena faktor, mulai dari varian virus corona baru dan keputusan AS untuk melepaskan barel minyak dari cadangan darurat bersama-sama dengan negara-negara konsumen utama lainnya.

Spekulan pasar yang telah membangun posisi beli tahun ini karena ekspektasi pasokan yang ketat telah bergeser karena fundamental berubah. Namun, pialang utama mengatakan aksi jual telah terjadi terlalu jauh, terlalu cepat.

"Komunitas spekulan menjalankan pertunjukan di sini," kata Robert Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.

Kontrak bulan depan Brent dan WTI pada November mencatat penurunan bulanan tertajam dalam persentase sejak Maret 2020, dengan Brent merosot 16 persen dan WTI anjlok 21 persen.

Varian baru telah memperumit proses pengambilan keputusan untuk Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu mereka, yang dikenal sebagai OPEC+, yang bertemu pekan ini untuk memutuskan apakah akan terus menambahkan 400.000 barel per hari dalam pasokan ke pasar.

Beberapa berspekulasi bahwa OPEC+ dapat menghentikan penambahan tersebut dalam upaya untuk memperlambat pertumbuhan pasokan, yang sekarang diperkirakan akan menghasilkan surplus 3,8 juta barel per hari pada Maret 2022, demikian laporan internal yang dilihat oleh Reuters. OPEC+ kemungkinan akan membuat keputusan pada Kamis.

Beberapa menteri OPEC+ mengatakan tidak perlu mengubah arah. Tetapi, bahkan jika OPEC+ setuju untuk melanjutkan peningkatan pasokan yang direncanakan pada Januari, produsen mungkin kesulitan untuk menambahkan sebanyak itu.

"Ada banyak hal yang menunjukkan bahwa OPEC+ awalnya tidak akan meningkatkan produksi minyaknya lebih jauh dalam upaya mempertahankan harga saat ini di sekitar 70 dolar AS per barel," kata analis PVM Stephen Brennock.

Amerika Serikat, bersama dengan beberapa negara lain, mengumumkan rencana pada November untuk melepaskan 50 juta barel cadangannya ke pasar guna mencoba mendinginkan harga energi. Harga bensin eceran hampir tidak berubah bahkan ketika bensin berjangka yang belum selesai yang dikenal sebagai RBOB telah turun tajam.

Wakil Menteri Energi AS David Turk mengatakan pemerintahan Presiden Joe Biden dapat menyesuaikan waktu rencana pelepasan stok minyak mentah strategis jika harga energi global turun secara substansial.

Analis di Goldman Sachs menyatakan penurunan harga minyak berlebihan. "Pasar telah jauh melampaui kemungkinan dampak varian terbaru pada permintaan minyak."

Stok bensin AS naik 4 juta barel pekan lalu menjadi 215,4 juta barel, data pemerintah menunjukkan, jauh melampaui ekspektasi analis, dan dengan penurunan keseluruhan bensin yang dipasok oleh penyuling, sebuah sinyal permintaan. Dalam basis empat pekan, permintaan bensin tetap sejalan dengan tingkat prapandemi.

Persediaan minyak mentah AS turun 910.000 barel dalam sepekan, data menunjukkan, dibandingkan dengan perkiraan penurunan 1,2 juta barel.*

Baca juga: Kebijakan kewajiban pasok domestik bisa atasi harga minyak goreng

Baca juga: Khawatir kemanjuran vaksin, minyak jatuh dengan WTI anjlok 5 persen

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021