Surabaya (ANTARA News) - Kembar siam dempet panggul Rochman - Rochim asal Jombang, Jawa Timur, Senin, akhirnya pindah ruangan dari unit luka bakar di Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) ke Instalasi Rawat Inap (Irna) Anak RSU dr Soetomo, Surabaya.
"Hanya saja, Rochman masih menyisakan luka selebar satu centimeter akibat proses penarikan kulit ketika menutup defect, namun luka itu tidak mengkhawatirkan dan akan mengering sendiri dalam beberapa hari ke depan," kata salah satu anggota tim bedah plastik RSU dr Soetomo, Prof Dr David S Perdanakusuma dr SpBP(K).
Hal itu berarti setelah 16 hari pasca-operasi pemisahan, balita berusia 19 bulan tersebut dinyatakan lepas dari masa kritis. Seluruh jahitan juga telah diangkat dan kering serta tidak mengalami infeksi.
Senada dengan itu, Ketua Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu (PPKST) RSUD dr Soetomo, dr Agus Harianto SpA(K), mengatakan kedua bayi itu selama dirawat di Irna Anak akan menjalani fisioterapi.
"Hal itu dilakukan untuk melatih anak pasangan Anis Mulyo-Supinah tersebut agar bisa duduk, berdiri, dan berjalan sendiri. Kami harus menunggu luka Rochman benar-benar menutup sempurna sebelum memulai fisioterapi," ucap Agus.
Namun, proses fisioterapi tidak bisa dilakukan bersamaan. Rochim sudah bisa menjalani fisioterapi sejak hari ke-21 pasca-operasi pemisahan, karena luka Rochim sudah lebih dulu pulih sempurna. Sementara fisioterapi pada Rochman baru bisa dimulai paling cepat 28 hari pasca-operasi pemisahan.
Sementara itu, kendati sudah dipindah ke ruang rawat inap biasa, kembar siam asal Jombang tersebut masih belum bisa mengenakan celana, melainkan mereka masih memakai kateter, sebab saluran pembuangan urin dari kandung kemih yang dipasang di tubuh Rochman juga belum dibuat permanen.
"Rochim sebenarnya sudah bisa buang air melalui penis, tapi kami masih memasang kateter untuk mengalirkan urin," ucap dia.
Selain menyiapkan program fisioterapi untuk kedua bayi, tim dokter juga menyiapkan "padding" (bantalan yang dipasang di bagian pantat) untuk menghindari terjadinya benturan ketika Rochman-Rochim belajar duduk, berdiri dan berjalan.
Di luar pemantauan rutin, lanjut Agus, tidak ada perawatan maupun perlakuan khusus pada Rochman-Rochim. Hanya saja, tim dokter masih membatasi pengunjung di Ruang Nakula-Sadewa untuk menghindari kemungkinan terjadinya infeksi.
(KR-MSW*E011/E011)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011