"Kemenparekraf mendorong semua aspek pariwisata dilengkapi dengan teknologi informasi, seperti pembayaran digital dan pariwisata digital yang memanfaatkan teknologi virtual reality atau tur virtual," kata Direktur Komunikasi Pemasaran Kemenparekraf, Diah Paham, dalam keterangan pers bersama platform Qlue, dikutip Rabu.
Kementerian melihat ada perubahan perilaku konsumen dalam berwisata, mereka cenderung bepergian dalam kelompok yang lebih kecil dan mempertimbangkan penerapan protokol kesehatan di destinasi wisata.
Baca juga: Kemenparekraf: Wisatawan domestik adalah pahlawan
Perubahan juga terjadi pada durasi berwisata, wisatawan kini berlibur lebih lama, namun, frekuensi liburan mereka lebih sedikit. Masyarakat juga mencari lokasi wisata yang dekat dengan tempat tinggal wisata.
Kemenparekraf mendorong pelaku usaha menyesuaikan diri dengan perubahan ini, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi. Penggunaan teknologi diyakini bisa meningkatkan preferensi wisatawan sekaligus menciptakan daya tarik sendiri.
"Jadi, kuncinya adalah adaptasi, inovasi, dan kolaborasi. Pemanfaatan teknologi digital ini merupakan aspek tak terpisahkan dari semangat reaktivasi industri pariwisata di Indonesia," kata Diah.
Pelaksana Tugas Ketua Umum Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia, Agus Pahlevi, dalam keterangan yang sama melihat penggunaan teknologi digital akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap destinasi wisata.
Aspek digital bisa membangun persepsi bahwa destinasi wisata sudah dikelola secara baik dengan memperhatikan protokol kesehatan yang ketat.
"Kami dari asosiasi juga selalu mendorong pelaku usaha pariwisata untuk go digital demi meningkatkan daya tarik wisatawan. Hal itu akan mempercepat adaptasi industri yang menunjukan bahwa era normal baru di sektor pariwisata dapat didukung oleh teknologi informasi," kata Agus.
ASPPI melihat kolaborasi untuk menggunakan teknologi digital semakin mendesak untuk mengembangkan industri pariwisata di era kebiasaan baru.
President Qlue, Maya Arvini melihat wisatawan sangat memperhatikan keamanan dan keselamatan ketika berwisata. Oleh karena itu, penggunaan teknologi menjadi aspek yang krusial dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat yang ingin berwisata.
Salah satu yang bisa dilakukan pelaku wisata seperti menggunakan teknologi untuk menghitung orang (people counting) dan kendaran (vehicle counting) untuk menghindari kerumunan.
Dengan cara seperti itu, wisatawan bisa merasa aman sekaligus pemangku kepentingan bisa merespons situasi secara lebih baik dan akurat.
Baca juga: Kemenparekraf nobatkan Banda Aceh sebagai Kota Kreatif Indonesia 2021
Baca juga: Kemenparekraf dan IMFW gelar konferensi modest fashion dunia
Baca juga: Industri fesyen dituntut jawab isu lingkungan dan teknologi
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021