Jakarta (ANTARA News) - Wakil presiden Jusuf Kalla meminta PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) agar secepatnya menggunakan gas untuk pembangkit listriknya, menggantikan penggunaan bahan bakar Minyak (BBM). "Wapres sangat menaruh perhatian terhadap penggunaan gas agar secepat mungkin dapat mengurangi biaya BBM pada PLN," kata Dirut PLN ,Eddie Widiono, seusai rapat terbatas di Istana Wapres Jakarta, Selasa. Menurut Eddie, saat ini sudah terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Payou Selinca di Jambi yang telah beroperasi dengan baik. Wapres juga meminta bagaimana mengkooordinasikan dengan pembangkit-pembangkit lainnya dengan menggunakan bahan bakar LPG. Ketika ditanya apakah dalam rapat terbatas juga dibicarakan mengenai rencana kenaikan Tarif dasar Listrik (TDL), Eddie secara diplomatis mengatakan pembicaraan tidak difokuskan pada masalah kenaikan TDL. "Kita tidak secara spesifik membicarakan kenaikan tarif TDL. Nanti akan dibicarakan di tingkat menteri yang terkait," tambahnya. Diketahui bahwa konsumsi BBM PT PLN untuk pembangkit listrik 2005 mencapai sekitar 30 persen. Hal ini membuat biaya produksi juga masih tinggi. Namun, pada 2006 PLN menargetkan akan mengurangi komposisi pembangkit berbahan bakar mahal tersebut menjadi 18 persen. Sedangkan pembangkit non-BBM yang murah, yakni batu bara mencapai 43 persen, gas 24 persen, hidro 10 persen dan geothermal 5 persen. Pada 2010, komposisi pembangkit BBM diharapkan hanya menjadi empat persen, sedangkan batu bara naik menjadi 46 persen, gas 34 persen, hidro 10 persen, sedangkan geothermal 6 persen. Sejumlah pembangkit baru berbahan bakar murah pada 2006 akan mulai beroperasi. Di Pulau Jawa, sebanyak empat pembangkit non-BBM berkapasitas 2.760 MW akan beroperasi, yakni PLTU Tanjung Jati B (Jateng) 2 x 660 MW, PLTGU Cilegon (Jawa Barat) 730 MW, PLRU Cilacap (Jateng) 2 x 300 MW dan PLTP Darajat (Jabar) 110 MW. Sedangkan pembangkit di luar Jawa yang akan beroperasi antara lain PLTA Renun (Sumut) 2 x 41 MW, PLTA Bili-bili (Sulsel) 20 MW dan PLTG Batam 55 MW, PLTGU Palembang Timur (Sumsel) 50 MW dan PLTGU Pemaron (Bali) 50 MW. Berdasarkan data PLN, biaya bahan bakar pembangkit listrik bersumber dari BBM 2004 mencapai Rp15,8 triliun, sementara batu bara Rp3,56 triliun, gas Rp3,75 triliun dan geothermal Rp936 miliar. (*)
Copyright © ANTARA 2006