Jadi kualitas sperma itu kalau gizinya bagus, seleniumnya bagus, vitamin E-nya bagus,
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Suprapto mengatakan bahwa laki-laki turut berperan serta dalam mencegah stunting.
"Tanggung jawab stunting bukan pada ibu-ibu saja, tapi para lelaki yang mau nikah atau yang sudah menikah mau punya anak, karena kualitas sperma sangat berpengaruh," kata Agus Suprapto dalam acara Dialog Produktif Semangat Selasa bertajuk "Bebas Stunting di Masa Pandemi" yang diikuti di Jakarta, Selasa.
Jika kualitas sperma untuk pembuahan bagus, maka akan mempengaruhi kualitas embrio yang akan dihasilkan.
"Jadi kualitas sperma itu kalau gizinya bagus, seleniumnya bagus, vitamin E-nya bagus," ujarnya pula.
Baca juga: Kemenkes: Pandemi COVID-19 jadi tantangan penanggulangan "wasting"
Baca juga: Bappenas: Pemerintah terus berkomitmen atasi wasting dan stunting
Untuk itu, gaya hidup laki-laki juga harus diperhatikan, mulai dari makanan, pola istirahat dan olahraga.
Pihaknya juga meluruskan bahwa sasaran pencegahan stunting bukan hanya pada bayi dan balita saja, namun kelompok sasaran lainnya di antaranya calon pengantin, ibu hamil dan bayi baru lahir.
"Ini yang harus diubah, orientasi stunting sebetulnya pada kelompok risiko, yaitu remaja anemia, pasangan usia subur, ibu yang hamil, dan anak yang baru lahir," katanya lagi.
Situasi pandemi COVID-19 sangat berpengaruh terhadap kurangnya pemenuhan gizi keluarga.
"Pandemi pengaruhnya cukup besar terhadap kondisi masyarakat yang berdampak pada kondisi nutrisi atau gizi," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo.
Menurut dia, selama masa pandemi ini, ada tren peningkatan kemiskinan akibat stabilitas perekonomian yang menurun.
"Ada warga miskin baru, ada keluarga baru yang mengalami ketimpangan dalam memenuhi kebutuhan gizi. Di dalam keluarga itu sendiri ada yang kehilangan mata pencarian, ada yang di-PHK, ada juga yang masih bekerja namun penghasilannya menurun. Jumlahnya lumayan (besar)," ujarnya lagi.
Pihaknya mencatat persentase masyarakat yang berhenti bekerja selama masa pandemi ada 24 persen. Sementara masyarakat yang pendapatannya menurun mencapai 64 persen.
Baca juga: Kemenkes sebut anak wasting punya risiko tiga kali lipat stunting
Baca juga: Kemenkes sebut masa pandemi berimbas peningkatan stunting
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021