Jakarta (ANTARA) - Pembangunan infrastruktur perlu dibenahi secara lebih merata dalam rangka memperkokoh percepatan dan pemerataan pertumbuhan ekonomi digital hingga ke pelosok daerah di Republik Indonesia.

Ketua Tim Pelaksana Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah Kemenko Perekonomian, Iskandar Simorangkir dalam webinar Regional Summit 2021 di Jakarta, Senin, mengatakan, kalau dilihat secara keseluruhan, market value Indonesia yang mencapai 44 miliar dolar AS merupakan yang terbesar di ASEAN.

Namun, masih menurut Iskandar Simorangkir, bila dilihat ekonomi digital per kapita, Indonesia menduduki urutan ke-4. "Ini artinya, secara inklusif ekonomi digital baik per kapita maupun per daerah tidak merata. Penyebabnya infrastruktur," katanya.

Ia mengingatkan bahwa berdasarkan kajian Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi menurut provinsi, di mana DKI Jakarta mendapat poin tertinggi yang tertinggi dengan 7,27 dibanding sejumlah wilayah lainnya.

Demikian pula, lanjutnya, dengan penetrasi internet yang mencapai 73,7 persen rata-rata pengguna terkonsentrasi di Jawa.

Selain itu, ujar dia, permasalahan SDM dimana kaum milenial dengan pendidikan tinggi di bidang IT lebih banyak tinggal di wilayah Jawa atau Jabodetabek, sehingga ini turut menyebabkan perkembangan investasi dan digital ekonomi banyak terpusat di kawasan tersebut. Maka dari itu, perlu tim percepatan ekonomi digitalisasi di daerah.

Untuk mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi digital hingga ke daerah, Iskandar mengemukakan bahwa pemerintah terus mendorong pembangunan infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), seperti Palapa Ring. Kemudian pembangunan Base Transceiver Station (BTS), baik di daerah terpencil yang didanai dari pemerintah maupun yang bekerja sama dengan provider internet swasta.

"Berikutnya, dari sisi SDM, dimana kami terus mempercepat pengembangan digital talent yang diharapkan bisa menciptakan 9 juta talenta digital 15 tahun terakhir," kata Iskandar.

Guna mempercepat target ini, menurutnya sudah ada sejumlah cara yang dilakukan pemerintah mulai dari membentuk program digital leadership academy, siber kreasi dan talenta digital yang nantinya akan dikembangkan dengan mitra pengembangan talenta bersama universitas terkemuka dunia dan mitra perusahaan swasta seperti Google, Oracle, Microsoft dan sebagainya.

Seperti diketahui, Google, Temasek, dan Bain dalam laporan bertajuk e-Conomy SEA 2021 memperkirakan, nilai ekonomi digital Indonesia 70 miliar dolar AS atau Rp997 triliun tahun ini. Nilai tersebut diprediksi melonjak menjadi 146 miliar dolar atau sekitar Rp2.080 triliun pada 2025.

Di sisi lain, pada 2020 investasi digital yang masuk ke Indonesia mencapai Rp60 triliun, sekaligus menjadi yang terbesar di ASEAN, namun sebagian masih terpusat di Jabodetabek dan Bandung.

Pembicara lainnya, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengungkapkan sejumlah alasan wilayahnya kerap menjadi tujuan investasi, termasuk di bidang ekonomi digital. Menurutnya, kunci menarik investasi dikarenakan pihaknya tidak menerapkan strategi jaga warung, melainkan menerapkan strategi ketok pintu dengan melakukan zoom dengan pelaku usaha Jepang dan sebagainya.

Dalam menarik investasi digital, pemerintah Jabar juga mengadakan investment summit dan lainnya. Salah satu investasi jumbo di bidang data center dan cloud computing di Jawa Barat dari perusahaan IT ternama, Amazon dengan nilai di atas Rp 20 triliun, diikuti Microsoft.

"Kenapa investasi di Jawa Barat selalu nomor satu? karena infrastrukturnya dianggap terbaik, produktivitas SDM dan pelayanan investasinya yang mudah. Sekarang kami sedang fokus ada inklusif ekonomi digital, sehingga investasi mengalir tak hanya di Bandung Raya dan wilayah sekitar, tapi juga di pedesaan atau desa digital," kata Emil.

Baca juga: OJK: Potensi ekonomi digital RI tertinggi di Asia Tenggara
Baca juga: Kemenparekraf dorong pelaku usaha semakin optimalkan platform digital
Baca juga: Indonesia butuhkan 600 ribu SDM sektor digital per tahun

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021