Baghdad (ANTARA News) - Ledakan bom pinggir jalan di dekat pintu gerbang sebuah gereja Katholik di Baghdad mencederai dua polisi dan dua warga sipil, Minggu Paskah, kata satu sumber Kementerian Dalam Negeri Irak.
Ledakan itu menghantam sebuah kendaraan polisi yang melakukan pengamanan di Gereja Hati Suci di distrik Karrada, Baghdad pusat, kata sumber itu.
Bom itu meledak setelah jemaat meninggalkan gereja tersebut seusai misa Paskah Minggu, yang memperingati kebangkitan kembali Kristus setelah penyaliban.
Dua sumber keamanan mengatakan, dua polisi dan dua warga sipil cedera dalam pemboman itu, namun seorang kamerawan Reuters melihat tiga polisi dan empat warga sipil yang cedera di sebuah rumah sakit setempat.
"Kami mencapai lokasi itu untuk membagikan makanan kepada polisi di sana dan ketika kami tiba, bom itu meledak," kata polisi bernama Hassan Dalli di rumah sakit tempat ia dirawat.
Polisi dan prajurit Irak disiagakan di jalan-jalan Minggu untuk pengamanan, setelah serangkaian serangan pembunuhan terhadap pejabat pemerintah dan keamanan.
Pada Oktober lalu, 52 orang tewas dalam serangan terhadap sebuah gereja Katholik Suriah di Baghdad pusat. Serangan itu merupakan yang paling mematikan bagi minoritas Kristen Irak sejak invasi pimpinan AS pada 2003.
Penduduk Kristen Irak dulu berjumlah sekitar 1,5 juta orang namun kini dipekirakan turun menjadi kurang dari 850.000 orang, dari total penduduk Irak yang berjumlah 30 juta jiwa.
Ratusan keluarga Kristen melarikan diri ke wilayah Kurdi di Irak utara atau ke negara-negara tetangga sejak serangan Oktober terhadap kathedral tersebut, menurut laporan PBB.
Serangan bom Minggu itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan setelah penarikan pasukan AS.
Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak, namun AS tetap melanjutkan penarikan pasukan dari negara itu.
Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.
Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.
Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.
Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.
Para pejabat AS dan Irak telah memperingatkan bahaya peningkatan serangan ketika negosiasi mengenai pembentukan pemerintah baru Irak tersendat-sendat, beberapa bulan setelah pemilihan umum parlemen di negara itu.
Jumlah warga sipil yang tewas dalam pemboman dan kekerasan lain pada Juli naik menjadi 396 dari 204 pada bulan sebelumnya, menurut data pemerintah Irak.
Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit -- tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dan dalam negeri di Baghdad kepada AFP.
Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.
Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.
Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011