Kudus (ANTARA News) - Puluhan patung yang terbuat dari limbah kayu hasil karya sejumlah seniman pahat dari beberapa kabupaten di wilayah Keresidenan Pati, Jawa Tengah, dipamerkan di Universitas Muria Kudus, Minggu.
Pameran patung bertajuk "learn to ecology art Panen Capung" itu, cukup menarik minat sejumlah mahasiswa. Mereka melihat lebih dekat seni patung yang didominasi capung yang merupakan serangga yang memiliki sayap dua pasang dan berbadan panjang.
Karya sejumlah seniman pahat yang diaplikasikan dalam bentuk patung capung, tidak hanya sekadar visual capung, tetapi pengunjung seperti dibawa kembali ke alam tentang kebebasan hewan tersebut hinggap di berbagai tempat, seperti di jari telunjuk manusia, hinggap di dahan pohon, dan ranting pohon yang mulai mengering, serta capung yang terperangkap jaring laba-laba.
Jumlah patung yang dipamerkan secara sederhana di aula Badan Kegiatan Mahasiswa UMK, mencapai puluhan dengan aneka bentuk dan ukuran dengan memanfaatkan limbah kayu yang tidak terpakai.
Menurut Ketua Panitia Pameran, Iyang Nur, kegiatan dalam bentuk pameran ini bertujuan untuk menggugah kesadaran generasi muda tentang bentuk karya seni yang berpihak kepada alam, karena limbah kayu yang biasa digunakan sebagai bahan bakar atau limbah yang biasanya dimusnahkan dengan cara dibakar bisa disulap menjadi karya seni yang unik dan bisa dijual dengan harga cukup mahal.
"Sesungguhnya, kerusakan bumi ini berawal dar gagasan mengeksploitasi apa yang ada di muka bumi sebagai peradaban," ujarnya.
Peradaban, katanya, selalu berhubungan dengan kerja seni sebagai wujud visual dari ruang gagasan yang berlanjut ke desain dan aktualisasi.
Celakanya, lanjut dia, ide yang begitu banyak tak seimbang dengan bahan yang tersedia.
Untuk itu, kata Iyang, dibutuhkan revolusi dalam pemikiran dan penciptaan karya seni yang lebih ramah lingkungan.
"Karya seni yang ramah lingkungan ini perlu dikampanyekan. Apalagi, serpihan (limbah) kayu bisa dimanfaatkan menjadi karya seni," ujarnya.
Ia berharap, kegiatan yang diselenggarakan oleh komunitas "Ngomah Joglo", Komunitas Wartawan Kudus, Komunitas Pecinta Kayu, dan Teater Sekam UMK ini bisa membangkitkan insipirasi dan kreatifitas masyarakat dalam memanfaatkan kayu yang lebih ramah lingkungan.
Salah seorang seniman pahat, Imam Bucah memberikan apresiasi terhadap sejumlah pihak yang memberikan kesempatan para seniman pahat memamerkan hasil karyanya di Kudus.
"Mudah-mudahan, kegiatan ini tidak hanya sekali digelar karena kampanye tentang pelestarian lingkungan dan karya seni yang ramah lingkungan tidak bisa hanya sekali," katanya.
Isu pemanasan global (global warming), katanya, bukan hanya isapan jempol, karena sejumlah gejala mulai muncul.(*)
(U.KR-AN/M008)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011