Perbatasan Tunisia-Libya (ANTARA News/Reuters) - Pasukan Muammar Gaddafi telah merebut sebuah kota penting di Gunung Barat yang terpencil di Libya, Sabtu, kata juru bicara pemberontak.
"Brigade Gaddafi merebut kekuasaan pusat kota itu (Yafran) dan kami sekarang di desa dekat kota itu," kata juru bicara tersebut, yang memperkenalkan dirinya sebagai Ezref, pada televisi Al Arabiya.
"Mereka menembakkan mortir dan rudal Grad," katanya, dan menambahkan bahwa ia menghitung lebih dari 44 Grad telah ditembakkan dalam satu jam.
Pemberontak telah mengirim cepat pasokan ke wilayah itu, yang sebagian besar terputus dari dunia luar dalam beberapa pekan terakhir karena serangan pasukan Gaddafi, dua hari setelah merebut sebuah perlintasan perbatasan dengan Tunisia di wilayah itu.
Yafran dan kota gunung lainnya didiami oleh orang Berber, yang secara etnik berbeda dari sebagian besar warga Libya dan secara tradisional dilihat dengan kecurigaan oleh pemerintah Gaddafi.
Beberapa warga mengantri di dalam mobil untuk membawa makanan dan bensin dari Tunisia ke daerah itu, tempat pertempuran tidak mendapat perhatian internasional sebesar pelabuhan Misrata di Libya barat atau bentrokan di Libya timur.
"Kenyataan bahwa kami menguasai pintu perbatasan ini berarti kami telah memecahkan isolasi atas daerah gunung ini setelah beberapa pekan," seorang pemberontak, yang memberikan namanya sebagai Ezsine, mengatakan.
Beberapa kota Gunung Barat telah bergabung dengan pemberontakan yang meluas terhadap empat dasawarsa pemerintahan Gaddafi sejak Februari lalu.
Sedikitnya 14.000 orang telah melarikan diri dari kekerasan yang meluas di sana dalam beberapa pekan terakhir melalui perlintasan perbatansan dekat kota Dehiba di Tunisia selatan.
"Tidak ada apa-apa di Yafran. Jika pemberontak tidak merebut perlintasan perbatasan itu, orang di sana telah mati kelaparan," kata seorang pria bernama Imed sebelum pasukan Gaddafi merebut kota itu.
Ia menyatakan ia membawa susu, makanan dan barang lainnya ke kota itu.
Pemerintah Gaddafi membantah pemberontak telah merebut pos perbatasan. Tapi sekitar 40 gerilyawan masih di perlintasan itu Sabtu dan tidak ada tanda tentara pro-pemerintah setelah bentrokan Kamis. Beberapa tentara pemerintah telah melarikan diri ke Tunisia.
"Hari demi hari, kami menjadi makin percaya dan kami telah minta NATO untuk meningkatkan serangan mereka terhadap pasukan Gaddafi," kata Ahmed, remaja berusia 16 tahun yang bersenjatakan dengan sebuah senapan, di perlintasan itu.
Ketika ia berbicara, rekan-rekannya memeriksa orang yang melintasi perbatasan dalam dua arah -- beberapa melarikan diri dari Gunung Barat, yang lain kembali ke daerah itu. Sejumlah mobil menunggu untuk masuk Tunisia.
Ketika laporan tiba di Misrata, pemberontak bertepuk tangan dan menyanyikan "Tuhan Maha Besar".
Misrata telah dalam pengepungan pemerintah selama hampir dua bulan dan ratusan warga sipil telah tewas di sana.(*)
(Uu.S008/H-AK)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011