Jakarta (ANTARA) - Kalangan akademisi maupun peneliti menyatakan pemanfaatan teknologi yang terintegrasi berbasis Internet of Things (IoT) menjadi salah satu solusi dalam memutakhirkan industri gula.

Terkait hal itu Kepala Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Edy Suprianto mengatakan pihaknya telah mengembangkan aplikasi NIRS (Near Infrared Spectroscopy) dalam pengawalan proses pengolahan untuk mendapatkan proses produk gula yang diharapkan.

"Penambahan input teknologi dalam pengolahan tebu menjadi gula diarahkan untuk meminimalisir losses atau tingkat kehilangan hasil dan penghematan energi," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

Hal itu, tambahnya, tentu dengan output yang diharapkan berupa peningkatan produktivitas (rendemen), kualitas hasil, serta efisiensi dalam pengolahan.

Baca juga: Kemenperin jamin ketersediaan bahan baku gula konsumsi dan rafinasi

Sedangkan penghematan energi, lanjutnya, bertujuan untuk surplus ampassehingga dapat digunakan untuk produk turunan yang memberi nilai tambah.

Sebelumnya Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara, PTPN III (Persero) Muhammad Abdul Ghani mengatakan industri gula khususnya di lingkup PTPN menghadapi masalah yang cukup kompleks. permasalahan tersebut tidak hanya berada pada tataran on farm tapi juga off farm, sehingga berdampak pada tingkat efisiensi dan produktivitas gula yang rendah dan tidak kompetitif.

“Saya meyakini bahwa kunci swasembada gula adalah perbaikan produktivitas tebu petani, karena petani menjadi kunci kesuksesan, maka petani tebu ditempatkan sebagai subjek yang harus diberdayakan, sehingga meningkat kesejahteraannya” ujarnya dalam pembukaan Webinar Mewujudkan Modernisasi Gula Negara Seri 3 dengan topik Teknologi Off Farm dan IoT dalam Mendukung Kemutakhiran Industri Gula.

Baca juga: DPR: Perlu dibatasi impor bahan baku gula kristal rafinasi

Akademisi Universitas Sriwijaya, Dr. Ir. Bhakti Yudho Suprapto mengatakan, teknologi dan IoT memiliki keuntungan bagi industri gula yakni proses monitor semua proses pengolahan lebih mudah, memudahkan servis terhadap customer.

Selain itu, menurut dia, hemat waktu dan uang serta meningkatkan pendapatan, meningkatkan produktivitas gula, serta mengintegrasikan dan menyesuaikan model bisnis di industri gula.

CEO Independent Research and Advisory Indonesia (IRAi) Lin Che Wei mengatakan semua produsen gula memiliki visi untuk menciptakan pabrik gula yang agile, yakni pabrik gula yang proses produksinya dengan cepat menyesuaikan dengan perubahan lingkungan dan permintaan pasar.

"Selama ini, sistem operasi yang diterapkan di produsen gula belum terintegrasi secara penuh, baik dalam mata rantai vertikal maupun horizontal, sehingga penerapan teknologi digital sangat dibutuhkan," katanya.
Dikatakannya, digitalisasi dapat menciptakan platform pengumpulan data dan penghubung antar value chain. sedangkan otomatisasi dapat menghasilkan produktivitas yang lebih baik, kualitas lebih seragam dan tingkat utilisasi pabrik yang tinggi.

Bank BRI menurut Departement Head of Digital Banking Development & Operation Division Bank BRIK holis Amhar dalam penggunaan teknologi dan IoT telah meluncurkan TebuChain sebagai solusi digital berbasis BlokChain.

Hal itu, untuk mendukung sustainability ekosistem tebu dan gula, yang terintegrasi dengan layanan perbankan yang telah bekerja sama dengan PTPN XI dan membuka kesempatan kerjasama yang lebar bagi PTPN dan pabrik gula lainnya.

Sementara itu Direktur PT Riset Perkebunan Nusantara Iman Yani Harahap mengatakan masih ada PR besar yang harus diselesaikan yakni mengintegrasikan pengolahan gula mulai dari On Farm hingga ke Off Farm. Oleh karena itu PT Sinergi Gula Nusantara yang merupakan SugarCo dari sub holding PTPN III, diharapkan mampu berperan dalam mewujukan cita-cita transformasi gula PTPN kedepannya.

Pewarta: Subagyo
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021