BMKG telah melaksanakan literasi iklim

Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia meningkat hingga 70 persen karena fenomena La Nina pada 2020 lalu.

"Tahun lalu kita juga mengalami la nina dan BMKG mencatat curah hujan meningkat bahkan di beberapa tempat lebih tinggi hingga 70 persen dari angka normal yang biasa terjadi di wilayah tersebut," kata Ardhasena dalam webinar "Literasi dan Aksi Ilim Generasi Muda Religius Lintas Agama" yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Selain la nina, aktivitas manusia yang mengubah bumi secara signifikan membuat bencana alam seperti banjir dan tanah longsor semakin banyak terjadi. Bencana-bencana ini pun merugikan manusia baik secara ekonomi, sosiologis, maupun psikologi.

Menurut Ardhasena, suhu bumi sebetulnya terus berubah, tetapi sejak sekitar 140 tahun lalu suhu bumi mengalami peningkatan yang signifikan. Saat ini temperatur bumi pun telah mencapai sekitar 1,1 sampai 1,2 derajat Celsius di atas periode pra industri.

"Kesepakatan Paris pada 2015 lalu pun berpaya memperkenalkan temperatur bumi untuk dijaga agar kenaikannya tidak mencapai 1,5 derajat Celsius. Karena kalau sudah naik tidak dikembalikan ke keadaan semula," kata Ardhasena.


Baca juga: Isu perubahan iklim tenggelam dalam diskusi sosial, kata pejabat BMKG
Baca juga: Presiden ingin RI tunjukkan kemampuan hadapi perubahan iklim

BMKG melakukan sejumlah program literasi agar informasi mengenai iklim, perubahan iklim, dan bencana alam yang diakibatkannya menjadi informasi mainstream dan menjadi bagian dari kesadaran publik.

"BMKG telah melaksanakan literasi iklim dalam beberapa bentuk dan sasaran, yakni Sekolah Lapangan Iklim untuk Sektor Pertanian, Sekolah Lapangan Cuaca Nelayan untuk Sektor Pesisir, dan Literasi Iklim Generasi Muda dan Masyarakat Berbasis Komunitas," tambahnya.

Dalam kegiatan tersebut, BMKG mencoba menyampaikan informasi terkait perubahan iklim yang mudah dipahami berdasarkan fakta. Pengarusutamaan isu ini pun diharapkan dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menginisiasi aksi nyata untuk menjaga lingkungan hidup.

Generasi muda di kelompok-kelompok agama juga menjadi sasaran BMKG karena mereka dapat berperan sebagai penggerak dalam mengadvokasi isu perubahan iklim.

"Sosial media dan aksi komunitas menjadi platform yang paling efektif sebagai media pengarusutamaan perubahan iklim kepada masyarakat luas," ucapnya.


Baca juga: BMKG susun rencana aksi nasional adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
Baca juga: MUI: Pemuka agama perlu dorong masyarakat peduli perubahan iklim
Baca juga: BMKG prediksi musim hujan di Sulteng bersamaan dengan fenomena La Nina

Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021