Bupati Morut dr. Delis Julkarson Hehi menerangkan memutuskan memilih dua komoditas tersebut berdasarkan hasil penelitian dengan menggandeng Institut Pertanian Bogor (IPB) mengenai kandungan tanah dan pemetaan kondisi wilayah di sektor pertanian.
"Selama ini ada berapa persoalan yang dihadapi petani di Morut. Pertama, mereka bingung mau menanam apa. Biasanya cuma dengar-dengar kabar burung ini bagus atau itu bagus lantas ditanam sehingga menanam bukan berdasarkan kondisi tanah yang cocok untuk ditanami komoditas apa," katanya Selasa.
Kedua, lanjutnya, para petani bingung cara menanam yang benar. Ketiga kesulitan permodalan dan dukungan peralatan. Keempat, mereka bingung komoditas yang ditanam mau dijual kemana karena meraka tidak memiliki akses pasar.
"Ini empat persoalan utama petani kita. Jadi sulit bagi kita jika persoalan ini tidak dijawab. Jangan mimpi bisa meningkatkan kesejahteraan petani kalau masalah pokok ini kita tidak bisa selesaikan," ujarnya.
dr. Delis mengatakan setelah penelitian tersebut dilakukan, dinas pertanian dan dinas perikanan ditugaskan mensosialisasikan kepada masyarakat utamanya yang berpotensi sebagai petani perihal komoditas yang cocok ditanam dan dikembangkan.
Ia menyatakan Pemerintah Kabupaten Morut bertugas menentukan komoditas yang tepat ditanam di tiap wilayah, mendukung permodalan dan peralatan yang memadai.
"Petani tinggal menanam. Saya juga sudah bertemu dengan investor pakan yang siap membeli dua komoditas itu dari para petani yang menanamnya," ujarnya.
Ia berharap para investor nantinya tidak hanya membangun pabrik pakan di Morut, tetapi juga menjadikan Morut sebagai pusat pengembangan bibit ayam di wilayah Sulawesi.
"Kenapa kita serius mengembangkan sektor pertanian? Karena Morut hari ini didatangi para investor terutama industri pertambangan yang mempekerjakan hingga puluhan ribu orang sehingga kita mengupayakan menyediakan bahan pakan dan pangan untuk mereka," katanya.
Pewarta: Muhammad Arshandi
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021