Ban Nongkana, Thailand (ANTARA News) - Pertempuran kembali meletus, Ahad pada hari ketiga antara pasukan Thailand dan Kamboja, dengan suara tembakan dan ledakan-ledakan terdengar di dua sisi perbatasan yang disengketakan, kata para saksi mata Reuters.
Baku tembak yang telah menewaskan 11 orang di kedua pihak sejak Jumat, dimulai pukul 09:50 waktu setempat (09:50 WIB) dengan suara ledakan-ledakan artileri yang tiada hentinya. Penduduk desa naik ke truk-truk bersama keluarganya dan binatang kesayangan mereka dan lari.
Sebagian perbatasan Thailand-Kamboja tidak didemarkasi dan membuka peluang untuk disengketakan oleh satu atau kedua pihak.
Alasan-alasan dibelakang bentrokan-bentrokan senjata terbaru itu tidak jelas dan kedua negara saling menyalahkan, tetapi perbatasan itu dan hubungan dengan Kamboja menjadi satu masalah yang memecah belah dalam politik domestik Thailand.
Tidak ada segera laporan menyangkut korban dalam bentrokan senjata terbaru itu, pertempuran perbatasan terburuk dalam hampir dua dasa warsa.
Sejumlah 11 tentara di kedua pihak tewas dalam pertempruan dua hari pertama, 43 tentara cedera dalam baku tembak di sekitar candi-candi Ta Moan dan Ta Krabey, sekitar 150km barat candi Preah Vihear yang ebrusiia 900 tahun yang menjadi lokasi pertempuran berdarah selama empat hari Februari lalu.
Ribuan orang yang meninggalkan desa-desa ditampung di kamp-kamp di sisi perbatasan di mana penduduk desa, banyak di antara mereka satu etnik, saling bergaul dan berdagang.
Tiga tentara Kamboja dan seorang tentara Thailand tewas, Sabtu dalam bentrokan senjata pada subuh hari barat Ta Krabey yang berlagsung selama lima jam, sehari setelah empat tentara Thailand dan tiga serdadu Kamboja tewas dalam pertempuran.
Kementerian pertahanan Kamboja sebelumnya mengecam Thailand karena melancarkan serangan yang bertujuan untuk menguasai dua candi itu dan menuduh tentara menembakkan peluru meriam 75 dan 105mm "yang berisikan gas beracun".
Menteri Luar Negeri Thailand Kasit Piromya mengatakan tuduhan-tuduhan itu "tidak beralasan" dan Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva mengirim sepucuk surat kepada Dewan Keamanan PBB menuduh Kamboja melancarkan "serangan yang tidak sah dan membabibuta" dengan menembakkan senjata-senjata berat dekat para warga sipil dan sebuah rumah sakit.
Kedaulatan atas candi-candi Hindu -- Preah Vihear, Ta Moan dan Ta Krabey--dan hutan Pegunungan Dangrek di sekitar lokasi itu disengketakan sejak Prancis melepaskan kekuasaannya atas Kamboja tahun 1950-an.
Ta Moan dan Ta Krabey,dibangun pada abad ke-12 ketika kekaisaran Khmer Kamboja membentang sampai ke daerah-daerah Thailand.
Thailand mengatakan dua candi itu terletak dalam provinsinya Surin sesuai dengan peta tahun 1947. Kamboja menolak itu dan mengatakan candi-cadi itu terletak di provinsinya Oddar Meanchey.
Sebelum Jumat, mereka melakukan patroli bersama daerah itu yang umumnya tanpa insiden.
PBB mendesak gencatan senjata setalah bentrokan senjata 4-7 Februari, yang ditengahi dalam satu pertemuan ASEAN di Jakarta tetapi belum dilaksanakan.
Kedua pihak sepakat pada 22 Februari untuk mengizinkan para peninjau militer yang tidak bersenjata dari Indonesia ditempatkan di sepanjang perbatasan mereka, tetapi Thailand menginginkan konflik itu diselesaikan secara bilateral oleh satu komisi gabungan yang masih belum mendemarkasi daerah itu kendatipun telah dikaji selama 10 tahun.
Di desa Thailand Ban Kuak Klang, 30km dari lokasi pertempuran itu ribuan orang mengungdi si ruang-ruang kelas sekolah atau di tenda-tenda terpal setelah melarikan diri saat ledakan-ledakan terdengar di desa=desa mereka.
"Kami tidak tahu apa yang terjadi, kami tidak tahu mengapa hal itu terjadi, kami semuanya takut," kata Wanchai Chaenst, 48 tahun , seorang petani karet yang meninggalkan rumahnya tiga kilometer dari lokas baku tembak tiu.
Kedua negara terlibat konflik sejak Juli 2008, ketika candi Preah Vihear diberikan status oleh UNESCO sebagai Warisan Dunia, yang Thailand tentang dengan alasan tanah di sekitar candi itu tidak pernah didemarkasi.
Pengadilan Internasional 49 tahun lalu memutuskan candi itu milik Kamboja tetapi kedua negara itu mengklaim tanah seluas 4,6 km itu adalah milik mereka.
Indonesia, yang sekarang ketua ASEAN,menyerukan dilakukan segera gencatan senjata.
(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011