Jember (ANTARA News) - Anggota Komisi VI DPR, Choirul Soleh Rasyid, menyayangkan lambannya penanganan pengungsi korban banjir bandang dan tanah longsor di Panti, Jember, Jatim, "Ini kejadian tanggal 1 Januari malam, dan sekarang tanggal 3, tapi masih ada puluhan warga yang mengungsi di perbukitan berbahaya yang belum dievakuasi," tuturnya kepada ANTARA di lokasi pengungsian di Panti, Jember, Selasa. Anggota FKB asal Jember itu mengemukakan setidaknya ada 50 warga di Desa Kaliputih dan 30 warga lainnya di perbukitan Sodong yang masih dicekam ketakutan. "Mereka itu sulit dievakuasi melalui jalan darat, karenanya saya minta Gubernur untuk menggunakan helikopter saja. Mereka yang masih hidup itu harus diselamatkan, bagaimanapun caranya," ujarnya dengan nada meninggi. Selain rawan bencana susulan, ia mengkkhawatirkan kondisi kesehatan warga di penampungan. Menurut dia, seharusnya bencana banjir itu sudah dapat diantisipasi, sehingga tidak menimbulkan korban jiwa yang makin banyak. "Ini kan diawali dengan kejadian tanah longsor di Kemanggisan, Tanggul, 31 Desember lalu. Karena antisipasinya cepat, sekitar 700 warga berhasil dievakuasi dan diselamatkan, dan seorang meninggal," ucapnya. Ia menuturkan penanganan pengungsi baru terlihat dipercepat setelah ada kunjungan Gubernur Jatim, Imam Utomo di lokasi kejadian, Selasa pagi. Menurut dia, selain itu, yang perlu penanganan cepat dari sisi kesehatan adalah sekitar 7.000 pengungsi yang ada di beberapa titik di Kecamatan Panti. "Jangan sampai mereka itu menimbulkan masalah baru, karena kesehatannya tidak terjamin," katanya seraya menambahkan bahwa dirinya menolak anggapan pemerintah bahwa banjir itu bukan karena hutan gundul akibat penambangan liar. "Siapa bilang bukan karena hutan gundul. Ini kan nggak ada apa-apa, nggak ada gunung meletus tiba-tiba terjadi banjir bandang. Ya karena hutan gundul," katanya menegaskan. (*)
Copyright © ANTARA 2006