"Prosesi Jalan Salib bukan sekedar sebuah ritual untuk mengingat peristiwa kesengsaraan dan penyaliban Yesus Kristus ribuan tahun lalu, tetapi harus menjadi titik awal pertobatan umat," katanya, saat menghadiri prosesi itu.
Prosesi itu pun harus dimanfaatkan dan menjadi momentum untuk mempererat hubungan persaudaraan yang hakiki antar umat beragama serta menghindari berbagai bentuk kekerasan.
Prosesi itu, tandasnya, menunjukkan akan keagungan budi dan sifat Yesus Kristus yang rela disiksa dan disalib hingga wafat untuk menebus dosa manusia.
"Dalam konteks pembangunan saat ini, umat dituntut untuk rela berkorban untuk menolong sesama yang membutuhkan uluran tangan serta membangun persaudaraan yang hakiki tanpa pamrih," katanya.
Selain itu, bersama-sama bahu-membahu mendukung berbagai program pembangunan yang dilakukan pemerintah di berbagai bidang, sehingga berdampak bagi peningkatan kesejahteraan.
Umat Kristiani juga diimbau untuk rela menderita dengan segala resiko untuk memperjuangkan dan membela kebenaran dan keadilan dalam kehidupan setiap hari.
"Berpihaklah kepada kebenaran dan keadilan meski dengan resiko menderita. Itulah yang diajarkan Yesus Kristus kepada seluruh umat manusia," katanya.
Sedangkan Ketua Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) John Ruhulessin menambahkan, Salib yang dipikul Yesus Kristus harus dijadikan simbol pemersatu umat beragama tanpa memandang perbedaan.
"Umat harus bersatu untuk menjadi teladan dan melayani sesama di tengah keprihatinan bangsa dan negara yang terus dilanda peristiwa kekerasan dan aksi-aksi teror saat ini," katanya
Dia juga mengimbau agar umat Nasrani tidak mudah terpancing isu serta meningkatkan ketahanan serta menjalin persatuan dan kesatuan antarsesama.
"Ketahanan umat harus diperkuat karena itulah modal untuk membangun Ambon dan Maluku yang aman dan damai serta dilandasi semangat persaudaraan dan kekeluargaan yang hakiki," tegasnya.
Dia menandaskan, persatuan, persaudaraan dan kekeluargaan umat beragama di Maluku yang terpatri dalam budaya leluhur Pela-Gandong, harus terus dipelihara dan mewarnai seluruh kehidupan umat beragama provinsi tersebut. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011