efek cuaca ekstrem kalau hujan sangat deras kalau kering jadinya sangat kering
Jakarta (ANTARA) - Ketua Lembaga Pemulihan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hayu S Prabowo meminta pemuka agama turut mendorong masyarakat peduli pada isu perubahan iklim.
"Kita hanya bisa makan dari apa yang diciptakan bumi, maka bumi itu harus dijaga agar tetap bisa menumbuhkan tumbuhan. Perubahan iklim menjadi penting karena perubahan iklim yang membuat cuaca ekstrem dan bencana sehingga bahan baku berkurang," kata Hayu dalam webinar "Literasi dan Aksi Ilim Generasi Muda Religius Lintas Agama" yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Indonesia merupakan negara dengan masyarakat yang paling tidak mempercayai perubahan iklim, disusul oleh masyarakat Arab Saudi dan Amerika Serikat.
Karena itu, menurut Hayu, pemuka agama harus turut dalam menyebarluaskan isu perubahan iklim agar masyarakat terdorong melakukan aksi nyata untuk melestarikan bumi, antara lain melalui aktivitas ekonomi yang berkelanjtan.
Baca juga: Agama dapat dioptimalkan untuk cegah perubahan iklim
Baca juga: Inggris ajak NU, Muhammadiyah ikut lawan perubahan iklim lewat agama
Berdasarkan data yang dikumpulkan Hayu, perekonomian Indonesia sepanjang 2009 hingga 2019 yang rata-rata tumbuh 5 persen per tahun sejalan dengan peningkatan jumlah bencana alam.
"Terlihat dari 2016 dan seterusnya, jumlah bencana alam yang terjadi semakin naik. Saat 2020 perekonomian turun akibat pandemi COVID-19, jumlah bencana alam ikut turun," katanya.
Pada 2015, bencana alam yang terjadi di Indonesia tercatat sebanyak 1.694 bencana alam. Jumlah bencana alam yang terjadi pun terus meningkat hingga mencapai 3.814 bencana alam di 2019.
Sementara itu, seiring dengan pelemahan ekonomi, jumlah bencana alam juga turut turun menjadi 2.939 pada 2020.
Bencana alam yang paling banyak terjadi di Indonesia ialah banjir, tanah longsor, dan kebakaran hutan, yang juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Sementara bencana alam yang terjadi murni karena kegiatan bumi seperti gempa bumi atau tsunami lebih sedikit terjadi.
"Pada 2020, jumlah banjir justru meningkat. Padahal saat itu secara keseluruhan jumlah bencana mengalami penurunan. Ini salah satu efek cuaca ekstrem yang membuat kalau hujan sangat deras dan kalau sedang kering jadinya sangat kering," ucapnya.
Baca juga: Tokoh lintas agama bergerak hadapi perubahan iklim
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021