Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan akan didorong oleh meningkatnya permintaan domestik, baik dari sisi konsumsi dan investasi

Jakarta (ANTARA) - Mandiri Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5,17 persen pada 2022 yang didorong oleh konsumsi dan investasi, dengan asumsi bahwa kondisi COVID-19 akan tetap terkendali dan target 70 persen dari penduduk Indonesia sudah divaksinasi penuh pada semester pertama 2022.

Chief Economist Mandiri Sekuritas Leo Putera Rinaldy mengatakan seiring dengan peningkatan permintaan dari sektor swasta, maka pemerintah akan secara hati-hati dan gradual mengurangi stimulus fiskal dan mulai berimbang kepada kebijakan mikro serta sektoral untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan akan didorong oleh meningkatnya permintaan domestik, baik dari sisi konsumsi dan investasi. Atau dengan kata lain, akan terjadi transisi yang gradual dari public-led growth kepada private-led growth," ujar Leo saat diskusi secara virtual yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Menurut Leo, tentu hal itu harus didukung oleh upaya pemangku kebijakan dan masyarakat untuk memuluskan transisi COVID-19 dari pandemi menjadi endemi dengan terus mengendalikan COVID-19 dan mengakselerasi proses vaksinasi agar mencapai target.

Selain itu, lanjutnya, semakin berkembangnya penggunaan teknologi digital juga akan mendorong pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ke depan.

"Sedangkan dalam konteks tren pertumbuhan ekonomi dibandingkan global dan negara-negara lain, Indonesia berada dalam posisi yang lebih baik. Pada saat IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan mengalami normalisasi di 2022, kita memperkirakan tren pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus meningkat," kata Leo.

Leo menambahkan arah kebijakan pemerintah yang juga berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ke depan akan lebih berimbang antara kebijakan makro dan kebijakan mikronya.

"Pemerintah juga akan fokus atau memprioritaskan sektor-sektor yang bisa memberikan nilai tambah dan multiplier effect yang lebih tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi secara jangka menengah. Saya lihat sektor-sektor tersebut related sama ekspor dan investasi," ujar Leo.

Ia menyebutkan ada delapan sektor yang akan menjadi prioritas pemerintah antara lain hilirisasi sektor sumber daya alam seperti nikel dan tembaga, sektor manufaktur berorientasi ekspor seperti otomotif makanan & minuman, dan elektronik, pengembangan UKM, dan sektor terkait ekonomi hijau seperti energi yang dapat diperbaharui.

Selanjutnya, pengembangan industri dasar seperti sektor bahan kimia, pengembangan sektor kesehatan seperti sektor farmasi, pengembangan sektor digital, dan sektor pariwisata.

"Tentu yang akan diprioritaskan yaitu digital dan healthcare reform. Kondisi covid memaksa negara-negara mengakselerasi digital transformation dan healthcare," kata Leo.

Baca juga: Sri Mulyani: Naiknya konsumsi-produksi masyarakat bekal tumbuh 2022
Baca juga: BI optimistis ekonomi RI pulih tahun 2022, tumbuh hingga 5,5 persen
Baca juga: LPS optimistis perekonomian Indonesia membaik di tahun 2022

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021