Tripoli (ANTARA News/AFP)- NATO melancarkan serangan udara baru di ibu kota Tripoli, Sabtu sementara pemerintah Muammar Gaddafi mengatakan pihaknya siap mundur dari Misrata dan menyerahkan kepada suku-suku untuk menghadapi pemberontak yang terkepung itu.

Serangan itu menghantam satu lapangan kosong di seberang tempat kediaman Gaddafi Bab al Aziziya di tengah Tripoli yang agaknya seperti satu bunker. Pihak berwenang yang membawa wartawan di sana mengatakan lokasi itu adalah "satu tempat parkir" dan "saluran air".

NATO melancarkan serangan itu setelah wakil menteri luar negeri Khaled Kaim mengatakan tentara Libya telah diberikan "ultimatum" untuk menghentikan pemberontakan di kota Misrata di barat, 200km dari Tripoli.

"Ada ultimatum kepada tentara Libya: Jika mereka tidak dapat menyelesaikan masalah di Misrata,maka penduduk dari kota-kota tetangga Zliten, Tarhuna, Bani Walid dan Tawargha akan bergerak masuk dan mereka akan berunding dengan pemberontak," kata Kaim.

Pengumuman itu dianggap sebagai satu persekongkolan rezim itu untuk merumitkan tugas pasukan NATO yang berusaha mengusir milisi pro Gaddafi tanpa mencederai penduduk sipil, termasuk para anggota suku, mereka bertujuan untuk melindungi warga sipil sesuai dengan mandat PBB.

Tetapi diperkirakan tidak ada perubahan di garis depan karena banyak warga suku berperang sebagai anggota milisi atau "relawan-relawan" di bawah bendera tentara Libya.

Misrata selama berminggu-minggu menjadi ajang perang gerilya kota antara pemberontak dan pasukan Kolonel Gaddafi.

Kaim menuduh Washington melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan baru" setelah Presiden Barack Obama mengizinkan pengiriman pesawat-pesawat tidak berawak yang membawa rudal ke Libya untuk apa disebut pemerintahnya untuk alasan-alasan "kemanusiaan."

Ia juga mengecam kunjungan seorang senator senior AS ke Banghazi ibu kota pemberontak di daerah timur dengan mengatakan Dewan Nasional Peralihan (TNC) tidak mewakili rakyat Libya dan tidak "punya wewenang di lapangan."

John McCain, seorang senator dari partai Republik yang kalah dalam pemilihan presiden melawan Obama tahun 2008, sebelumnya melakukan perundingan dengan para pemimpin TNC, mendesak masyarakat internasional mempersenjatai dan mengakui lembaga pemberontak itu.

Pemberontak yang gagal dalam usaha mereka untuk menggulingkan Gaddafi itu menyambut baik keputusan AS untuk menggelar pesawat-pesawat bersenjata itu di Libya.

"Kami mengharapkan ini dapat membawa pertolongan pada penduduk di Misrata," kata juru bicara pemberontak Mustafa Gheriani kepada AFP tentang kota pemberontak yang pasukan Gaddafi menggempurnya selama lebih dari enam minggu yang menewaskan ratusan orang itu.

Stasiun televisi Allibya memberitakan ibu kota Tripoli "kini jadi sasaran serangan serangan agresor kolonialis Salibis yang kejam," satu istilah yang rezim Gaddafi gunakan untuk pasukan Barat.

Kantor berita resmi JANA melaporkan dua orang tewas dalam serangan udara Jumat malam di daerah Zintan barat daya Tripoli di mana pertempuran melawan pemebrontak berkobar.

Pesawat-pesawat tempur NATO terus terbang di Tripoli, Sabtu.

Perwira penting militer AS mengatakan serangan-serangan udara sekutu telah menghancurkan 30 sampai 40 persen kekuatan militer Gaddafi.

Prancis, Inggris dan Italia mengatakan mereka akan mengirim personil militer ke Libya timur, tetapi hanya untuk memberikan nasehat kepada pemberontak mengenai teknik, logistik dan masalah organisasi dan tidak terlibat dalam pertempuran.

Di bidang kemanusiaan, Palang Merah memperingatkan situasi di Misrata dapat "segera memburuk lebih jauh dan kekurangan pelayanan pokok seperti air, listrik, makanan dan pemeliharaan kesehatan dapat menjadi kritis."

Dan pada Sabtu, satu kapal yang mengangkut bantuaan 160 ton pangan dan obat-obatan tiba di kota pelabuhan itu sebelumnya telah mengevakuasi sekitar 1.000 pengungsi yang terlanta, sebagian besar warga Nigeria.

Ratusan keluarga Libya antri di sepanjang pelabhan itu dengan harapan dapat naik kapal yang dicarter Organisasi Internasional untuk Migrasi , yang telah mengangkut 3.100 pengungsi dari 21 negara ke luar dari kota yang terkepung itu.

Badan PBB urusan pengungsi (UNHCR) mengatakan sekitar 15.000 orang melarikan diri dari pertempuran di Libya barat telah memasuki Tunisia dalam dua pekan belakangan ini.

Sementara itu Gambia mengatakan pihaknya bergabung dengan Prancis, Italia dan Qatar mengakui TNC sebagai satu-satunya badan yang sah yang mewakili kepentingan-kepentingan Libya sementara mengusir para diplomat Tripoli.(*)

(Uu.H-RN/H-AK)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011