Untuk mendapatkan air bersih, warga Desa Wanagiri harus naik turun gunung dengan kemiringan 80 derajat
Jakarta (ANTARA) - Pulau Bali adalah salah satu destinasi wisata terfavorit di dunia, dijuluki sebagai Pulau Dewata. Dan saat pembatasan kegiatan masyarakat akibat pandemi COVID-19 mulai dilonggarkan, turis mulai berdatangan di sana.
Namun, ternyata di balik pantai indah yang ramai dikunjungi turis dan lanskap cantik yang menjadi objek kekaguman dunia masih ada masyarakat di beberapa desa di Bali yang belum merasakan kemudahan untuk mendapatkan akses air bersih.
Salah satu wilayah yang merasakan permasalahan akses air bersih itu adalah Desa Wanagiri di Kabupaten Buleleng. Salah satu tokoh masyarakat Desa Wanagiri, Nyoman Widiada, mengatakan bahwa desanya sering kali mengalami krisis air bersih karena kesulitan akses.
Nyoman menjelaskan bahwa desa yang berada di daerah pegunungan dengan ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut itu harus memanfaatkan air dari Danau Buyan yang memiliki jarak yang cukup signifikan dari tempat tinggalnya.
Demi mendapatkan air bersih, mereka harus menarik air dari Danau Buyan dengan mesin lempar. Warga desa secara mandiri maupun berkelompok, menggunakan biaya masing-masing untuk membeli mesin pompa dan bensin untuk menjalankan mesin yang hanya mampu menarik air sejauh 400 meter.
"Untuk mendapatkan air bersih, warga Desa Wanagiri harus naik turun gunung dengan kemiringan 80 derajat hanya untuk mendapatkan air dari mesin pompa. Dengan jarak tempuh cukup jauh dan medan yang berat, mereka harus mengambil air bersih ini tidak hanya untuk kebutuhan rumah tangga saja," jelas Nyoman.
Permasalahan itu menjadi dilema tersendiri yang dihadapi warga desa. Karena air dari Danau Buyan itu mereka gunakan untuk berbagai kebutuhan seperti minum, kebutuhan rumah tangga seperti mandi dan memasak, serta untuk kebutuhan pertanian dan peternakan.
Karena persoalan jarak tempuh yang jauh dan medan yang berat tadi akhirnya warga Desa Wanagiri harus rela merogoh kocek untuk membeli air galon setiap hari dengan harga sekitar Rp12.000 demi memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari.
"Kasihan juga melihatnya tapi mau bagaimana lagi, dari pada membahayakan mereka untuk setiap hari menjalani medan berat," kata dia.
Kondisi itu tidak hanya dialami oleh Desa Wanagiri. Isu serupa juga terjadi di Desa Rendang di Kabupaten Karangasem, Desa Penglumbaran di Kabupaten Bangli, Desa Tampaksiring di Kabupaten Gianyar serta Desa Tembeling di Kabupaten Klungkung yang juga belum memiliki akses air bersih yang mudah dicapai warga.
Desa Rendang mengalami kesulitan memperoleh air bersih sebagian besar dikarenakan terbatasnya sumber air dan lokasi desa yang berada di atas ketinggian dengan kondisi kontur tanah yang kering. Berbagai faktor tersebut membuat masyarakat harus melewati jalan berkelok dengan beban air jika ingin mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Sementara itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan Yayasan IDEP Selaras Alam atau IDEP Foundation, termasuk di Desa Penglumbaran, menemukan fakta bahwa muka air tanah di beberapa wilayah di Bali terutama di wilayah bagian selatan telah mengalami penurunan hingga lebih dari 50 meter dalam waktu kurang dari sepuluh tahun.
Kekurangan air bersih juga berdampak terhadap para petani di Desa Tampaksiring dengan kebanyakan sumber mata air berada di bawah area persawahan. Hal itu mengakibatkan petani kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air untuk sawah mereka.
Salah satu yang bisa dibilang cukup beruntung dibandingkan empat desa lain adalah Desa Tembeling, yang mempunyai sumber air meski jaraknya yang cukup jauh dari pemukiman menyulitkan warga desa karena harus menuruni ratusan anak tangga untuk mengambil air.
Usaha memberi air bersih
Sejumlah langkah dilakukan untuk mengatasi isu air bersih yang dialami oleh beberapa desa itu. Salah satunya dilakukan oleh Komando Daerah Militer (Kodam) IX Udayana yang berkolaborasi dengan Shopee pada Juli 2021 untuk melakukan pembangunan pompa air di lima titik desa tersebut, demi mengatasi permasalahan krisis air bersih.
Dukungan itu adalah bagian dari program Shopee Untuk Negeri yang diusung bersama Pangdam Udayana untuk membantu masyarakat setempat mendapatkan bantuan akses air bersih. Kegiatan itu untuk membantu hampir 1.800 kepala keluarga untuk mendapatkan akses air bersih.
Hasilnya, masyarakat desa di lima titik tersebut mulai merasakan perbedaan signifikan di dalam berbagai aspek. Hal itu diakui oleh Nyoman yang menyampaikan bahwa masyarakat Desa Wanagiri menyambut baik instalasi pompa tersebut.
Dia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Kodam IX Udayana dan Shopee yang mempermudah warga untuk mendapatkan akses air bersih.
Menurut dia, pompa hidram itu berhasil mencukupi kebutuhan air bersih untuk sekitar 70 kelapa keluarga di desa tersebut. Kehadiran pompa tersebut juga dapat meringankan beban masyarakat desa untuk mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Adanya pompa tersebut diharapkan dapat mempermudah kehidupan sehari-hari masyarakat di desa itu. Sedangkan untuk perawatannya akan terus dilakukan bersama-sama agar dapat terus menjadi sumber air bersih bersih.
Pompa itu juga akan terus dijaga dengan baik oleh masyarakat meski perawatan awal masih membutuhkan bantuan dari TNI.
"Masyarakat sangat bergembira dan berterima kasih dengan adanya pembangunan pompa air untuk mereka. Dari segi kemudahan, mereka merasa terbantu karena sekarang tidak perlu lagi kesusahan untuk mendapatkan air bersih. Di sisi lain, dari segi ekonomi juga sangat terbantu karena tidak harus mengeluarkan uang untuk membeli air galon setiap hari," ujar Nyoman.
Baca juga: Pangdam IX/Udayana fokus tangani persoalan air bersih di Bali-Nusra
Baca juga: Kampus UMKM Shopee Jakarta sediakan solusi digitalisasi hulu ke hilir
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2021